Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/09/2023, 13:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Bahan kimia dalam plastik harus ditangani sebagai bagian dari tindakan global untuk memerangi polusi.

Laporan baru yang diterbitkan oleh Program Lingkungan PBB (UNEP) menekankan bahwa bahan kimia sering diabaikan. Padahal mengetahui keberadaan bahan kimia dalam plastik sangat penting untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Tahukah Anda bahwa ada lebih dari 13.000 bahan kimia yang terkait dengan plastik dan produksi plastik telah diidentifikasi dalam berbagai aplikasi.

Selain itu, terdapat juga 3.200 dari 7.000 zat yang terkait dengan plastik mempunyai satu atau lebih sifat berbahaya yang perlu dikhawatirkan.

Baca juga: Kurangi Sampah Plastik, Blue Bird dan WWF Bagikan 1.500 Tumbler

Oleh karena itu, komunitas global harus paham tentang permasalahan polusi plastik yang berhubungan dengan bahan kimia dan dampak buruknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, serta efisiensi dan sirkularitas sumber daya.

Dengan menghiraukan laporan UNEP, kita bisa mengatalisasi tindakan menuju transisi ke siklus material yang aman dan berkelanjutan.

Hal ini menunjukkan bahwa transisi tersebut perlu melibatkan semua pemangku kepentingan di sepanjang rantai nilai plastik, termasuk otoritas pengatur, industri yang terlibat dalam produksi dan penggunaan plastik, pengelola dan pendaur ulang limbah, ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, serta konsumen dan masyarakat umum.

Selain itu, Laporan UNEP juga merinci potensi tindakan yang dapat dilakukan, dan bertujuan mendukung proses negosiasi untuk mengembangkan instrumen mengenai polusi plastik, dan menguraikan studi dan inisiatif ilmiah yang berfokus pada bahan kimia dalam plastik dan hubungan sains-kebijakan.

Berikut Laporan UNEP:

  1. Ada lebih dari 13.000 bahan kimia yang terkait dengan plastik dan produksi plastik telah diidentifikasi dalam berbagai aplikasi;
  2. Sepuluh kelompok bahan kimia diidentifikasi sebagai kekhawatiran utama karena toksisitasnya yang tinggi dan potensinya untuk bermigrasi atau terlepas dari plastik, antara lain termasuk penghambat api spesifik, stabilisator UV tertentu, dan zat per dan polifluoroalkil (PFAS);
  3. Ada lebih dari 3.200 dari 7.000 zat yang terkait dengan plastik mempunyai satu atau lebih sifat berbahaya yang perlu dikhawatirkan;
  4. Perempuan dan anak-anak sangat rentan terhadap bahan kimia beracun ini, dan paparannya terjadi selama perkembangan janin dan pada anak-anak, sementara kesuburan pria juga terkena dampak negatifnya.
  5. Laporan UNEP selanjutnya mengidentifikasi sepuluh sektor penggunaan prioritas, di mana bahan kimia yang menjadi perhatian ditemukan dalam produk plastik.
  6. Termasuk mainan dan produk anak-anak lainnya, kemasan (termasuk bahan yang bersentuhan dengan makanan), peralatan listrik dan elektronik, tekstil sintetis dan bahan terkait, furnitur, bahan bangunan, peralatan medis, produk perawatan pribadi dan rumah tangga, dan plastik pertanian/akuakultur/perikanan.

Baca juga: Produsen Harus Terlibat Kelola Sampah Plastik yang Diproduksinya

Untuk mengurangi dampak bahaya dari polusi plastik yang ditimbulkan, laporan ini merekomendasikan tindakan berikut:

  • Mengurangi produksi dan konsumsi plastik, dimulai dari plastik non-esensial;
  • Merancang dan memproduksi plastik yang bebas dari bahan kimia yang menimbulkan kekhawatiran;
  • Menghindari penggantian yang disesalkan dan pengalihan beban, dan melakukan penilaian alternatif bahan kimia dan penilaian siklus hidup untuk mengidentifikasi bahan pengganti;
  • Meningkatkan transparansi di seluruh rantai nilai plastik;
  • Memperbarui pedoman pengujian peraturan;
  • Dan mengembangkan kerangka peraturan pengelolaan limbah yang kuat, dengan memberikan perhatian khusus untuk melindungi sektor informal.
  • Peningkatan kapasitas untuk mengembangkan, menerapkan, dan menegakkan kerangka hukum dan kebijakan nasional;
  • Mengidentifikasi dan menerapkan solusi dan substitusi bahan kimia, khususnya di kalangan usaha kecil dan menengah;
  • Manajemen rantai pasokan, termasuk transparansi dan pembagian informasi;
  • Melakukan penilaian bahaya, paparan, dan risiko bahan kimia;
  • Kapasitas dan teknologi pengelolaan sampah;
  • Dan jaringan lokal dan internasional untuk mendukung perusahaan atau sektor yang tidak dapat mengembangkan kapasitasnya sendiri.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain

Pemerintah
Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Pemerintah
Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

LSM/Figur
Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Pemerintah
BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BUMN
Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Swasta
Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Pemerintah
Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Swasta
'Bahan Kimia Abadi' PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

"Bahan Kimia Abadi" PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

Pemerintah
Mahasiswa Desa Lingkar Tambang Raih Beasiswa MHU: Menuju Masa Depan Cerah dan Berkelanjutan

Mahasiswa Desa Lingkar Tambang Raih Beasiswa MHU: Menuju Masa Depan Cerah dan Berkelanjutan

Swasta
Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

Pemerintah
Menilik Inovasi Dekarbonasi Generasi Muda di Toyota Eco Youth Ke-13

Menilik Inovasi Dekarbonasi Generasi Muda di Toyota Eco Youth Ke-13

BrandzView
China Luncurkan Kereta Komuter Serat Karbon, Kecepatannya 140 Km/Jam

China Luncurkan Kereta Komuter Serat Karbon, Kecepatannya 140 Km/Jam

Pemerintah
Kembangkan Rumput Laut, Start Up Banyu Raih pendanaan dari Intudo Ventures

Kembangkan Rumput Laut, Start Up Banyu Raih pendanaan dari Intudo Ventures

Swasta
100 Hari Prabowo-Gibran, Ini Pejabat Energi dan Lingkungan dengan Skor Tertinggi hingga Terendah

100 Hari Prabowo-Gibran, Ini Pejabat Energi dan Lingkungan dengan Skor Tertinggi hingga Terendah

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau