Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Sangat Peduli Lingkungan, Capres Dituntut Beberkan Strategi Krisis Iklim

Kompas.com, 5 September 2023, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Krisis iklim nyatanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Menjelang pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres), isu iklim perlu menjadi bahasan utama.

Menurut survei yang dilakukan oleh Center of Economic and Law Studies (Celios) dan Unitrend, 98 persen masyarakat menyatakan krisis iklim merupakan hal yang nyata di Indonesia.

Dari jumlah tersebut, Generasi Z atau kelompok usia di bawah 24 tahun dan Milenial atau kelompok Usia 25-44 tahun menjadi kelompok yang lebih kritis mengenai kebijakan krisis iklim.

Baca juga: Para Aktivis Muda Desak Pemimpin ASEAN Rumuskan Kebijakan Iklim Terpadu

Menurut survei bertajuk “Menuju Transisi Energi: Pesan Rakyat Untuk Presiden Masa Depan” tersebut, mayoritas dari mereka menilai pemerintah belum memiliki kebijakan yang mampu mencegah krisis iklim.

Survei tersebut dilakukan ke 1.245 responden yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, termasuk daerah pedesaan, pinggiran kota, dan perkotaan.

Peneliti Institute for Policy Development Rizki Ardinanta menyampaikan, berdasarkan survei tersebut, generasi muda memiliki potensi yang besar untuk mengawal kebijakan-kebijakan yang ada, terutama di isu iklim.

“81 persen masyarakat Indonesia setuju pemerintah perlu mendeklarasikan krisis iklim,” kata Rizki dalam peluncuran hasil survei tersebut secara daring, Selasa (5/9/2023).

Baca juga: Anak-anak Afrika Paling Berisiko Terdampak Perubahan Iklim

Menjelang pemilu dan pilpres, masyarakat ingin mengetahui gagasan-gagasan penanganan krisis iklim dari calon presiden (capres) dan calon legislatif (caleg).

Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira menuturkan, temuan dari survei tersebut diharapkan menjadi dorongan yang semakin kuat untuk menyuarakan transisi energi dan krisis iklim yang dihadapi.

Dengan adanya temuan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia merasakan krisis iklim, isu tersebut perlu menjadi bahasan dalam kampanye dan debat capres untuk memperebutkan suara.

“Dari tiga bakal capres ini, bagaimana mereka sejauh ini mencoba menempatkan isu lingkungan, transisi energi, dan isu terkait lainnya,” ucap Bhima.

Baca juga: PBB: Negara Wajib Lindungi Hak Anak dari Kerusakan Lingkungan dan Krisis Iklim

Bhima mengutarakan, isu lingkungan menjadi hal yang penting untuk diangkat dan sifatnya lintas generasi.

Direktur Kebijakan Publik Celios Media Wahyudi Askar menuturkan, berdasarkan survei tersebut, desakan dari masyarakat agar pemerintah sadar iklim sangatlah kuat.

Dalam konteks transisi energi sebagai salah satu upaya menekan krisis iklim, instrumen politik memainkan peran yang sangat penting.

Di level pemerintahan pun, masyarakat jarang sekali melihat debat-debat yang konstruktif mengenai transisi energi di Indonesia.

Baca juga: Ini Komitmen LIXIL Group Perangi Dampak Perubahan Iklim

“Dorongan politik yang kuat mengenai transisi energi perlu diperkuat untuk menhadapi krisis iklim,” tutur Askar.

Selain itu, di tahun politik seperti ini, penting bagi bakal caleg dan bakal capres mempunyai kepekaan yang lebih mengenai masalah lingkungan.

Dia menambahkan, partai politik juga seharusnya memainkan yang besar denga menawarkan gagasan-gagasan untuk melindungi lingkungan.

Baca juga: Atasi Perubahan Iklim, Ini 3 Hal Sederhana yang Bisa Dilakukan di Rumah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Sebut Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan
Menteri LH Sebut Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan
Pemerintah
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
LSM/Figur
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Pemerintah
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
Pemerintah
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Swasta
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
Pemerintah
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
Pemerintah
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
Pemerintah
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Pemerintah
Bencana di Sumatera, Menteri LH Akui Tak Bisa Rutin Pantau Jutaan Unit Usaha
Bencana di Sumatera, Menteri LH Akui Tak Bisa Rutin Pantau Jutaan Unit Usaha
Pemerintah
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
LSM/Figur
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
Pemerintah
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
LSM/Figur
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Pemerintah
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau