JAKARTA, KOMPAS.com - Monash University berkolaborasi dengan Universitas Indonesia (UI) dan Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Jawa Barat merilis Rencana Induk Ekowisata Citarik, di Fakultas Teknik di Kampus Universitas Indonesia (UI), Kota Depok, Rabu (30/8/2023).
Rencana induk (master plan) ini menandai lima tahun berjalannya Proyek Transformasi Sungai CItarum, sebuah
upaya kolaboratif antara Monash Art, Design & Architecture (MADA) dan Monash Sustainable Development Institute, bersama UI dan Pemerintah Republik Indonesia.
Kegiatan ini juga didukung oleh berbagai komunitas dan organisasi non-profit lokal, partner industri lokal, serta komunitas riset global.
Baca juga: Konservasi Sungai Garoga, Lubuk Larangan Diperluas hingga 8 Kilometer
Rencana induk tersebut meliputi implementasi visi 30 tahun dan kerangka rencana tata ruang di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarik sejauh 2,3 kilometer, melewati dua desa di wilayah hulu pada sisi utara Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Rencana Induk Ekowisata Citarik diharapkan dapat menjadi pedoman bersama dalam mengembangkan solusi dan infrastruktur tata kelola air yang efektif menopang penghidupan masyarakat, industri, dan lingkungan secara berkesinambungan.
Kepala Dinas Sumber Daya Air (DSDA) Pemprov Jawa Barat sekaligus komisioner rencana induk lanskap Dikky Achmad Sidik menjelaskan, rencana Induk Ekowisata Citarik selaras dengan peraturan pemerintah dan 12 Rencana Aksi Citarum.
"Salah satu tujuan dari rencana induk ini adalah untuk merevitalisasi sungai dan memulihkan area hulu di kawasan tersebut," ujar Dikky dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (22/9/2023).
Baca juga: Kecukupan Tutupan Hutan, Menjaga Daerah Aliran Sungai tetap Lestari
Sementara itu, Project Director & Director of the Informal Cities Lab at MADA Prof Diego Ramirez-Lovering menyebutkan aksi kolaboratif tersebut telah aktif menyumbangkan solusi holistik dalam mendukung pelaksanaan program Citarum Harum sejak 2018.
Ini merupakan sebuah program restorasi bertahap untuk memulihkan DAS Citarum dan anak-anak sungainya dari kontaminasi limbah rumah tangga dan industri.
Rencana Induk Ekowisata Citarik dikembangkan secara kolaboratif bersama komunitas dan masyarakat setempat melalui serangkaian dialog berkelanjutan dengan para akademisi dan peneliti dari MADA dan Fakultas Teknik UI.
Rencana induk ini memuat lima Elemen Lanskap Kunci Koridor Ekologi, yaitu restorasi jalur air dan tepi sungai, restorasi hutan dan rekreasi berbasis alam, lanskap produktif, urban biomimicry sebagai solusi berbasis alam untuk air; serta pengelolaan banjir regional, peningkatan kualitas air dan habitat lahan basah.
Baca juga: WIKA Tanam 6.300 Bibit Mangrove di PIK dan Muara Sungai Cisadane
Terdapat lima prinsip utama dalam kaitannya antara Rencana Induk Ekowisata Citarik dengan desain dan implementasi partisipatif yang diinisiasi oleh Monash University, yakni:
1. Mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui integrasi layanan air, sanitasi dan limbah dalam mendukung kegiatan agrikultur, hortikultur, dan akuakultur masyarakat setempat.
Mendukung layanan limbah padat untuk desa-desa dan industri pertanian lokal sebagai solusi menghadapi kekurangan kapasitas tempat pembuangan akhir (TPA) di masa depan.
3. Restorasi jalur dan bentang alam terestrial untuk meningkatkan efektivitas penyaluran banjir, serta merevitalisasi habitat dan keanekaragaman hayati.
4. Meningkatkan tata kelola air, limbah, dan sanitasi di desa-desa wilayah hulu.
5. Memperkuat strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, khususnya di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya