Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Ancaman Penyu dan Cetacea, Aktivitas Manusia Sebab Utamanya

Kompas.com - 04/07/2025, 13:05 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Keberlangsungan hidup penyu dan cetacea di perairan Indonesia menghadapi berbagai tekanan yang makin kompleks.

Dari perburuan ilegal, tangkapan sampingan (bycatch), hingga dampak perubahan iklim dan aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan, semuanya berkelindan mengancam dua spesies laut penting ini.

National Coordinator for Marine ETP Species WWF Indonesia, Ranny R. Yuneni, mengatakan bahwa ancaman utama bagi penyu dan cetacea saat ini adalah perburuan dan perdagangan ilegal serta bycatch dalam praktik perikanan.

Selain itu, habitat penting penyu dan cetacea juga makin tertekan akibat degradasi lingkungan.

“Perlu ada perlindungan terhadap habitat mereka yang kritis, pengurangan ancaman seperti perdagangan spesies laut dilindungi, tangkapan sampingan, dan penanganan keterdamparan,” ujar Ranny kepada Kompas.com, Kamis (3/7/2025).

Ranny juga mengatakan bahwa dampak perubahan iklim menjadi tantangan tambahan.

Suhu pasir yang meningkat akibat iklim berdampak pada rasio jenis kelamin tukik (bayi atau anak) penyu, yang berujung pada dominasi penyu betina dan menurunnya keberhasilan reproduksi.

Perubahan suhu dan arus laut juga mengganggu pola migrasi cetacea serta distribusi mangsa alami mereka.

Baca juga: Telur Penyu di Pulau Sangalaki Banyak yang Dicuri Lalu Dijual

Ancaman-ancaman tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait dengan aktivitas ekonomi manusia, terutama yang tidak memperhatikan prinsip keberlanjutan.

Padahal, keberadaan penyu dan cetacea memiliki peran ekologis penting dan juga berkontribusi pada penghidupan masyarakat pesisir.

Beberapa aktivitas pariwisata turut memberi tekanan tambahan. Ranny menyebut praktik wisata pantai peneluran yang tidak bertanggung jawab, seperti penggunaan cahaya berlebihan dan kebisingan, sehingga mengganggu proses peneluran penyu.

Selain itu, proses pelepasan tukik penyu oleh wisatawan tanpa memperhatikan waktu yang tepat juga berdampak buruk pada keberlangsungan hidup mereka di laut.

Di sektor perikanan, alat tangkap yang tidak selektif meningkatkan risiko penyu dan cetacea tertangkap secara tidak sengaja. Selain itu, sampah plastik yang mencemari laut seringkali dikonsumsi oleh penyu dan cetacea sehingga menyebabkan kematian.

Menanggapi ancaman-ancaman ini, WWF Indonesia mengembangkan berbagai pendekatan berbasis data dan teknologi.

Misalnya, penggunaan satelit untuk tagging penyu belimbing di Maluku bertujuan memetakan pola migrasi dan habitat kritis mereka.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
LSM/Figur
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Pemerintah
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Pemerintah
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
BUMN
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Pemerintah
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
LSM/Figur
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
LSM/Figur
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
BUMN
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
Pemerintah
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Pemerintah
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Swasta
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Swasta
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Pemerintah
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Pemerintah
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau