Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Klaim Berlebihan, Perlu Metode Tepat Pengurangan Emisi Karbon

Kompas.com - 05/07/2025, 15:04 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Perusahaan menggunakan kredit karbon untuk "menebus" emisi gas rumah kaca yang mereka hasilkan dengan mendanai proyek-proyek ramah lingkungan.

Tapi, ada masalah yang mungkin tak disadari sebelumnya yakni kalau perhitungan awal dampak proyeknya tidak tepat, kredibilitas dari kredit karbon itu bisa dipertanyakan.

Mengutip Phys, Jumat (4/7/2025), untuk menghitung seberapa banyak pengimbangan karbon yang bisa dihasilkan sebuah proyek, pihak penjamin akan merujuk pada skenario dasar, dengan kata lain, kondisi seperti apa yang akan terjadi jika proyek tersebut tidak dilaksanakan.

Misalnya, dalam kasus deforestasi berarti harus menunjukkan bahwa proyek tersebut secara efektif mengurangi penggundulan hutan di suatu area, dan bahwa tingkat penggundulan hutan akan jauh lebih tinggi jika proyek itu tidak ada.

Lalu, untuk proyek energi terbarukan, ini berarti menunjukkan bahwa tanpa proyek tersebut, kebutuhan listrik akan terpenuhi dengan menggunakan bahan bakar fosil.

Baca juga: Taktik Eropa Capai Target Iklim 2040: Beli Kredit Karbon dari Negara Berkembang

Namun, meskipun kredit karbon bertujuan baik, sering kali ditemukan bahwa klaim pengurangan emisi yang dihasilkan dari proyek-proyek tersebut tidak sesuai dengan kenyataan dan terlalu dilebih-lebihkan.

Akibatnya, strategi pengimbangan karbon ini dapat diadopsi secara luas oleh perusahaan swasta tanpa efek nyata pada iklim.

Untuk menyelesaikan masalah ketidakakuratan dalam penilaian dampak proyek kredit karbon, sekelompok institusi riset terkemuka menyarankan generalisasi penggunaan metode penelitian akademik yang lebih dapat diandalkan untuk memperkirakan dampak yang diharapkan dari proyek-proyek kredit karbon.

Untuk memastikan kredit karbon benar-benar efektif, para ahli menyarankan penggunaan metode kuasi-eksperimental.

Metode ini bekerja dengan membandingkan daerah tempat proyek dilakukan dengan daerah lain yang sangat mirip (daerah kontrol).

Misalnya, untuk menilai proyek pencegahan deforestasi, mereka akan membandingkan tingkat penggundulan hutan di daerah proyek dengan daerah kontrol yang tidak ada proyeknya.

Meskipun cara ini mungkin membuat jumlah kredit karbon yang tersedia jadi lebih sedikit, hasilnya akan lebih akurat karena bisa memastikan emisi GRK benar-benar berkurang.

Baca juga: Eropa Dapat Peringatan, Diminta Pertahankan Target Iklim, Hindari Kredit Karbon Murah

Masalah utama dalam menerapkan metode penilaian kredit karbon yang lebih akurat ini adalah ketidakpastian bagi pelaksana proyek: mereka tidak tahu pasti berapa banyak kredit yang akan mereka dapatkan.

Untuk mengatasinya, peneliti mengusulkan mekanisme berbagi risiko.

Contohnya, perusahaan bisa memberikan dana awal kepada pengembang proyek, sehingga proyek tetap bisa berjalan meski jumlah kredit akhir belum pasti.

Konsep ini mengusulkan bahwa perusahaan tidak hanya mendanai proyek kredit karbon di awal, tetapi juga memberikan pembayaran tambahan jika evaluasi setelah proyek selesai membuktikan proyek tersebut benar-benar berhasil mengurangi emisi atau memberikan dampak positif nyata lainnya.

Hal ini bertujuan untuk mendorong lebih banyak investasi pada proyek-proyek yang terbukti efektif, karena perusahaan bisa secara sah mengklaim keberhasilan tersebut dalam strategi lingkungan mereka.

Studi dipublikasikan di Nature Sustainability.

Baca juga: Dari Ambisi ke Realita, Industri Daging Australia Stop Rencana Netral Karbon 2030

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
LSM/Figur
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Pemerintah
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Pemerintah
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
BUMN
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Pemerintah
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
LSM/Figur
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
LSM/Figur
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
BUMN
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
Pemerintah
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Pemerintah
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Swasta
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Swasta
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Pemerintah
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Pemerintah
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau