KOMPAS.com – Indonesia memiliki potensi bioenergi sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang melimpah ruah, setara 56,97 gigawatt (GW) listrik.
Hal tersebut disampaikan Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Strategi Percepatan Penerapan Energi Transisi dan Pengembangan Infrastruktur Energi Ego Syahrial di Jakarta, Kamis (5/10/2023).
Dia menuturkan, bioenergi dapat menggantikan energi fosil dalam hampir semua bidang, seperti transportasi, ketenagalistrikan, industri, hingga rumah tangga.
Baca juga: Ditjen EBTKE dan MEBI Dorong Biomassa Jadi Solusi Transisi Energi di Indonesia
Pemanfaatan bionergi, terutama biomassa, dapat menjadi sumber energi alternatif untuk meningkatkan rasio elektrifikasi dan diproyeksikan dapat membantu meningkatkan ketahanan energi nasional.
Dalam pidatonya di acara Heatech Indonesia pada Kamis, Ego menuturkan pada 2060 Indonesia akan membangun lebih dari 700 GW pembangkit listrik berbasis energi terbarukan.
Dari jumlah tersebut, 60 GW di antaranya adalah pembangkit listrik berbasis bioenergi, terutama biomassa, sebagaimana dilansir dari siaran pers Kementerian ESDM.
Selain memanfaatkan biomassa untuk pembangkit listrik, sumber daya tersebut juga akan dioptimalkan dalam pencampuran bahan bakar atau co-firing di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang sudah ada.
Baca juga: Upaya Pengurangan Konsumsi Batu Bara PLTU Terkendala Ketersediaan Biomassa
Penerapan co-firing telah dilakukan sejak 2020 dengan blending rate atau campuran antara 1 persen hingga 15 persen tergantung jenis teknologi PLTU serta ketersediaan bahan baku.
“Biomassa co-firing akan diterapkan pada 113 unit PLTU milik PLN di 52 lokasi dengan total kapasitas 18.664 MW,” ucap Ego.
Program co-firing tersebut akan menggunakan berbagai sumber biomassa seperti serbuk gergaji, serpihan kayu, dan limbah sawit, dengan tingkat pencampuran antara 5-15 persen.
Ego berujar, tujuan co-firing pada PLTU tersebut adalah untuk memenuhi keekonomian penyediaan tenaga listrik, meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi nasional, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Baca juga: Selama 2022, Penggunaan Biomassa di Pabrik SIG Tembus 2,7 Juta Ton
“Tahun 2023, co-firing akan diapikasikan di 42 lokasi,” jelas Ego.
Sebagai informasi, hingga semester pertama tahun ini, co-firing telah diterapkan di 36 lokasi. Total biomassa yang digunakan adalah 306 kiloton.
Untuk mendukung pengembangan co-firing, Kementerian ESDM tengah menyelesaikan peraturan menteri tentang penerapannya pada PLTU yang sudah ada.
Baca juga: Capaian Masih Rendah, Pemanfaatan Biomassa Perlu Didorong
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya