KOMPAS.com - Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pohon bakau atau mangrove berpotensi untuk dapat memitigasi serta adaptasi terhadap dampak buruk fenomena El Nino.
Peneliti Ahli Utama Bidang Riset Ekologi dan Restorasi Ekosistem Mangrove BRIN Suyadi menuturkan, mangrove dapat menyuplai oksigen.
Selain itu, mangrove juga dapat menyerap karbon dioksida dengan cukup tinggi, sehingga pada akhirnya menyimpan karbon di bagian vegetasi dan tanah.
Baca juga: Pemetaan Ekosistem Mangrove di Kota-kota Pesisir
"Kalau untuk mencegah )dampak buruk El Nino) secara langsung itu sulit, namun bisa untuk mitigasi dan adaptasi. Misalnya supaya tidak terlalu panas," ujar Suyadi kepada Antara di Jakarta, Kamis (5/10/2023).
Dia menyampaikan, berdasarkan penelitian yang sudah ada, mangrove dapat menyimpan karbon sebanyak 1.023 mega gram per hektare.
Suyadi merujuk pada penelitian Daniel C Donato yang menganalisa jumlah kandungan karbon yang ada dalam mangrove dan dipublikasikan pada 2011.
Selain itu, mangrove berbeda dari tumbuhan darat. Meski cuaca panas menerjang, mangrove tidak akan mudah terbakar. Hal ini dikarenakan pohon tersebut tetap terkena pasang surut air laut.
Baca juga: 60.000 Hektare Lahan Mangrove Sulawesi Selatan Berpotensi Masuk Perdagangan Karbon Dunia
"Mangrove ini berbeda dengan tumbuhan darat, seperti (lahan) gambut, ketika El Nino itu sangat rawan terbakar," kata Suyadi.
Di sisi lain, merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2021, luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3,364 juta hektare.
Jumlah tersebut setara dengan 23 persen ekosistem mangrove dunia dari total 16,530 juta hektare.
Baca juga: QNET dan Kodim 1611 Badung Lanjutkan Upaya Pelestarian Hutan Mangrove di Bali
Sementara itu, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), beberapa dampak buruk dari fenomena El Nino yakni kekeringan ekstrem, kenaikan suhu cuaca, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta potensi gagal panen.
Selain itu, berdasarkan prediksi BMKG, Indonesia mengalami puncak dampak fenomena El Nino pada Agustus hingga September 2023.
Selanjutnya dampak El Nino berangsur turun dan berakhir pada Februari 2024 hingga Maret 2024.
Baca juga: Mengapa Mangrove Harus Jadi Kawasan Lindung?
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya