Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkat Kepercayaan Perusahaan Indonesia Mencapai Tujuan Sustainability Lebih Tinggi dari Singapura dan Malaysia

Kompas.com, 7 Oktober 2023, 09:03 WIB
Alek Kurniawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Hasil Survei Sustainability yang digelar Schneider Electric mendapati, sebagian besar  perusahaan telah menetapkan target keberlanjutan (sustainability). Hanya saja, sebagian dari target yang dicanangkan merupakan target jangka pendek (kurang dari 4 tahun).

Adapun hasil yang dimaksud adalah 98 persen dari 4.500 pemimpin perusahaan di sembilan negara yang dijadikan sebagai responden.

Meskipun hampir seluruh responden Indonesia sudah menetapkan target sustainability, hanya 4 dari 10 pemimpin perusahaan yang menyatakan sudah melakukan aksi dan memiliki strategi  sustainability yang komprehensif.

Terlepas masih terdapat kesenjangan antara niat dan aksi, Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi dalam mencapai target sustainability-nya, melebihi Singapura dan Malaysia.

Baca juga: Baca juga: Schneider Electric Beri Panduan untuk Memaksimalkan Potensi Data Center dan AI

Sekitar 65 persen responden Indonesia secara mengesankan menyatakan telah membentuk tim khusus yang bertanggung jawab terhadap pencapaian target tersebut. Skor ini melebihi rata-rata skor regional (rata-rata skor dari seluruh negara responden) sebesar 54 persen.

Sebagai informasi, Survei Sustainability digelar secara tahunan oleh Schneider Electric. Responden dari sembilan negara di Asia, meliputi Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

Seluruh responden diwawancaral untuk mengumpulkan perspektif para pemimpin bisnis di kawasan Asia mengenai sustainability dan lingkungan.

Baca juga: Baca juga: Schneider Electric Luncurkan Sustainability School di Indonesia, Bisa Diakses Gratis

Bersama dengan Milieu Insight, survei tersebut menyasar para eksekutif tingkat menengah hingga senior di sektor swasta yang diminta untuk menjawab 30 pertanyaan seputar sustainability dan dampaknya terhadap bisnis mereka.

Survei bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan niat dan aksi di antara perusahaan-perusahaan dengan mengetahui persepsi mereka akan pentingnya praktik bisnis yang berkelanjutan dan investasi atau komitmen nyata untuk mencapainya.

Kesenjangan aksi hijau

Salah satu metrik survei yang diteliti adalah “Kesenjangan Aksi Hijau” di setiap negara.
Menurut Schneider Electric, metrik ini digunakan untuk memperkirakan kesenjangan antara perusahaan yang mengklaim memiliki tujuan sustainability dan perusahaan yang memiliki atau menerapkan strategi sustainability yang komprehensif.

Kesenjangan Aksi Hijau Indonesia berada pada angka 49 persen. Hal ini menyoroti perbedaan antara perusahaan yang telah menetapkan tujuan keberlanjutan (98 persen) dan perusahaan yang telah melaksanakan rencana sustainability mereka (49 persen).

Adapun Indonesia masih berada di atas Singapura dan Taiwan yang memperlihatkan kesenjangan tindakan terbesar di antara negara-negara Asia lainnya, dengan keduanya mencapai 59 persen.

Baca juga: Baca juga: Dukung Energi Bersih, Schneider Electric Hadirkan Solusi Data Center Hibrida dan Edge

Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, pihaknya puas dengan peningkatan kesadaran dan komitmen di antara perusahaan-perusahaan di Asia, termasuk Indonesia, untuk menetapkan tujuan-tujuan sustainability.

Bahkan, Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat komitmen yang tinggi bersama dengan Filipina dan Thailand.

“Namun, temuan survei mengenai kesenjangan antara niat dan tindakan menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan,” kata Roberto dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Jumat (6/10/2023).

Sangat penting bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk menerjemahkan aspirasi keberlanjutan mereka ke dalam tindakan nyata, mengatasi tantangan implementasi, dan menerapkan strategi jangka panjang.

Baca juga: Baca juga: Schneider Electric Bikin Panduan Dasar untuk Bantu Perusahaan Lakukan Dekarbonisasi

Di sisi lain, Pemerintah Indonesia juga perlu menciptakan ekosistem yang mendorong akselerasi aksi sustainability dengan peraturan dan kebijakan yang memadai dan program insentif.

“Seiring dengan kebutuhan mendesak akan sustainability, perusahaan dan pemerintah perlu mengambil aksi kolektif untuk mengambil peran kepemimpinan dalam mendorong perubahan, berkolaborasi, dan memanfaatkan solusi inovatif," imbuh Roberto.

Motivasi dan tantangan

Alasan utama pemimpin perusahaan di Indonesia melakukan investasi sustainability adalah inovasi dan daya saing (50 persen), peningkatan peluang bisnis (48 persen), dan manajemen risiko (40 persen).

Peluang penghematan biaya dan pemenuhan kepatuhan atas regulasi pemerintah melengkapi 5 faktor pendorong teratas yang dipertimbangkan perusahaan ketika membuat keputusan seputar strategi sustainability.

“Sebagian besar pemimpin bisnis di Indonesia mengatakan bahwa memberikan lebih banyak insentif lebih efektif daripada menerapkan hukuman untuk mendorong kepatuhan sektor swasta terhadap tujuan sustainability pemerintah,” ujar Roberto.

Di sisi lain, birokrasi peraturan dan kebijakan yang belum memadai menjadi tantangan utama yang membuat mereka menahan diri untuk berinvestasi lebih pada inisiatif sustainability.

Fokus utama inisiatif sustainability

Pemimpin perusahaan di Indonesia menyebutkan bahwa kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja (34 persen), privasi dan keamanan data (31 persen), serta kesetaraan dan manajemen sumber daya manusia (28 persen) menjadi fokus utama dalam inisiatif sustainability-nya.

Daur ulang dan manajemen sampah, serta krisis atau kenaikan biaya energi juga menjadi perhatian para pemimpin perusahaan.

“Hanya saja, isu perubahan iklim belum menjadi prioritas pemimpin perusahaan di Indonesia. Baru 41 persen yang menyatakan siap berkomitmen pada aksi iklim,” kata Roberto.

Sedangkan, dalam upaya mengukur emisi karbon atau gas rumah kaca di Indonesia, Waste Management Audit menjadi metode paling umum yang digunakan, disusul oleh adopsi Carbon Footprinting berdasarkan Greenhouse Gas Protocol.

Baca juga: Industri Mamin Nasional Terbukti Tangguh, tapi Perlu Meningkatkan Upaya Transformasi Digital

Sebagian besar responden Indonesia mengatakan bahwa adopsi sumber energi terbarukan dan efisiensi energi merupakan bagian dari upaya dekarbonisasi perusahaan.

Akan tetapi, penerapannya masih terkendala oleh belum siapnya infrastruktur dan stabilitas pasokan sumber energi terbarukan di Indonesia. Belum lagi tentang keterbatasan finansial dan kesiapan rantai suplai.

“Sebagai bagian dari ekosistem rantai suplai bagi banyak sektor industri, Schneider Electric berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi sustainability. Tidak hanya melalui solusi dan teknologi, tetapi juga melalui inisiatif Green Heroes for Life,” kata Roberto.

Melalui inisiatif itu, Schneider Electric menggandeng sebanyak-banyaknya mitra swasta dan publik untuk membangun ekosistem pendukung yang bertujuan mempermudah dimulainya perjalanan sustainability dengan aksi iklim yang terencana dan terukur.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kementerian PPN/Bappenas Apresiasi Praktik Baik Pembangunan lewat Indonesia’s SDGs Action Awards 2025
Kementerian PPN/Bappenas Apresiasi Praktik Baik Pembangunan lewat Indonesia’s SDGs Action Awards 2025
Pemerintah
Bappenas Gelar Konferensi Utama SAC 2025, Bahas Transformasi Pembangunan
Bappenas Gelar Konferensi Utama SAC 2025, Bahas Transformasi Pembangunan
Pemerintah
Industri Pelayaran Komitmen Atasi Krisis Polusi Plastik di Lautan
Industri Pelayaran Komitmen Atasi Krisis Polusi Plastik di Lautan
Pemerintah
Kritik Pedas SNDC Kedua: Cuma Lempar Beban Penurunan Emisi ke Pemerintahan Pasca 2029
Kritik Pedas SNDC Kedua: Cuma Lempar Beban Penurunan Emisi ke Pemerintahan Pasca 2029
LSM/Figur
Tropenbos: Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Berpotensi Suplai Menu MBG
Tropenbos: Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Berpotensi Suplai Menu MBG
LSM/Figur
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Pemerintah
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
BrandzView
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Pemerintah
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
Pemerintah
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Pemerintah
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
LSM/Figur
Pemerintah Bakal Bangun SPKLU di Desa untuk Perluas Penggunaan EV
Pemerintah Bakal Bangun SPKLU di Desa untuk Perluas Penggunaan EV
Pemerintah
Rencana Buka 600.000 Ha Lahan Sawit Baru, Solusi atau Kemunduran?
Rencana Buka 600.000 Ha Lahan Sawit Baru, Solusi atau Kemunduran?
LSM/Figur
Greenpeace: Komitmen Iklim Anggota G20 Tak Ambisius
Greenpeace: Komitmen Iklim Anggota G20 Tak Ambisius
LSM/Figur
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau