Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Stunting Perlu Diobati untuk Perkembangan Otak

Kompas.com - 30/10/2023, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.comStunting yang terjadi pada anak berusia di atas dua tahun dapat diperbaiki melalui intervensi medis untuk meningkatkan tumbuh kembang otak.

Hal tersebut disampaikan Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lovely Daisy, sebagaimana dilansir Antara, Jumat (27/10/2023).

Dia menyampaikan, anak yang mengalami stunting pada usia di atas dua tahun memang tidak bisa mencapai potensi optimalnya.

Baca juga: Angka Stunting di NTT Turun 2,5 Persen

Akan tetapi, anak stunting pada usia tersebut harus tetap mendapatkan pengobatan supaya perkembangan otaknya bisa berlanjut.

Pada kondisi normal, kata Daisy, pertumbuhan optimal otak anak akan mencapai 85 persen saat dia menginjak usia dua tahun.

Sedangkan anak dengan masalah stunting umumnya mengalami pertumbuhan otak kurang dari persentase tersebut.

Berdasarkan data survei kesehatan 2022, kata Daisy, 18,5 persen bayi di Indonesia lahir dalam kondisi stunting karena pengaruh gangguan janin sebelum lahir.

Baca juga: Vale Bakal Luncurkan Program Intervensi Stunting di Tujuh Provinsi

Bentuk intervensi yang tepat untuk mengakselerasi laju pertumbuhan otak pada anak stunting adalah dengan mengonsultasikan masalah yang dialami ke pihak medis di rumah sakit untuk mendapatkan tata laksana intervensi gizi.

“Stunting berpengaruh pada pertumbuhan otak dan fisik anak. Kalau perkembangan badannya sudah terganggu, artinya pertumbuhan otak juga mengalami gangguan,” ucap Daisy.

Dia mengatakan, intervensi gizi untuk anak setelah usia dua tahun tetap berkontribusi mengejar ketertinggalan masa tumbuh kembang akibat kondisi stunting.

Salah satunya dengan memberikan asupan makanan berprotein hewani seperti telur, daging ayam, daging sapi, maupun ikan.

Baca juga: Kementerian ESDM Minta Perusahaan Tambang Ikut Tangani Stunting

“Tidak semua anak stunting tidak bisa mencapai tinggi badan anak normal. Kita yang penting mencegah, jangan sampai tunggu stunting, karena terlambat,” ucap Daisy.

Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi anak stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen dari populasi bayi di bawah lima tahun (balita). Jumlah itu menurun dibandingkan 2021 yakni 24,4 persen.

“Tahun ini kita masih tunggu hasil survei yang akan keluar di bulan depan (November),” tutur Daisy.

“Target kita tahun ini kalau mau capai 14 persen di tahun depan, tahun ini paling tinggi (prevalensi stunting) harusnya 17,8 persen. Mudah-mudahan bisa tercapai,” sambungnya.

Baca juga: Konsumsi Tablet Tambah Darah Sejak Remaja, Cegah Bayi Lahir Stunting Kemudian Hari

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau