KOMPAS.com – Pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri dapat mencegah stunting pada bayi yang dilahirkannya kelak ketika menjadi seorang ibu.
Hal tersebut disampaikan Perwakilan Tim Monitoring dan Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Yurista saat mengunjungi SMA Negeri 1 Mamuju dan SMP Negeri 2 Mamuju, Mamuju, Sulawesi Barat pada Rabu (25/10/2023).
“Sarapan pagi dan mengkonsumsi tablet tambah darah juga sangat penting untuk perempuan agar tidak mengalami anemia (kurang darah merah) yang berakibat terhadap kesehatan dan prestasinya di sekolah,” ucap Yurista, sebagaimana dilansir Antara.
Baca juga: Pemerintah Desa dan Kelurahan Diminta Bikin Inovasi Turunkan Stunting
Sementara itu, Ketua Tim Monitoring dan Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Arifin Efendi Hutagalung menyampaikan, Sulawesi Barat merupakan salah satu wilayah prioritas percepatan penurunan stunting.
Pasalnya, prevalensi stunting di Sulawesi Barat masih tinggi yakni 35 persen pada 2022 menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI).
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo pada 5 Juli 2023 menyampaikan, perempuan yang menderita anemia berisiko tinggi melahirkan bayi stunting.
“Hasil berbagai kajian menunjukkan bahwa kejadian stunting dipengaruhi oleh faktor orangtua,” tutur Hasto.
Baca juga: Pemerintah Daerah Perlu Perhatikan Indikator Sensitif untuk Intervensi Stunting
"Terutama ibu seperti usia terlalu muda, anemia, dan kekurangan energi kronis yang dapat dilihat dari indeks massa tubuh dan lingkar lengan atas,” sambungnya.
Dia menuturkan, perempuan yang hamil pada usia muda juga memiliki potensi yang tinggi melahirkan anak yang stunting.
“Begitupun perempuan yang hamil dalam kondisi anemia dan kekurangan energi kronis,” imbuhnya, sebagaimana dilansir siaran pers BKKBN.
Menurut Hasto, diperlukan upaya peningkatan pemahaman remaja tentang penyiapan kehidupan berkeluarga dan dalam pencegahan stunting.
Baca juga: Daerah Tinggi Kasus Stunting Jadi Fokus Instalasi Air Bersih
Hasto menambahkan, calon pasangan pengantin merupakan sasaran strategis untuk upaya pencegahan stunting dari hulu.
Para calon pengantin perlu mendapat penguatan pemahaman, kesadaran, dan perilaku yang positif.
“Sehingga menikah di usia yang ideal, memiliki status gizi dan kesehatan yang ideal, dan tidak anemia,” tuturnya.
“Keberadaan calon pengantin menjadi semakin strategis karena dapat berkontribusi pada upaya percepatan penurunan stunting,” imbuh Hasto.
Baca juga: TBC Jadi Salah Satu Penyebab Anak Stunting
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya