KOMPAS.com – Cuaca panas esktrem berpengaruh terhadap kelangsungan hidup satwa. Di kawasan tropis, pengaruh cuaca ekstrem terhadap kehidupan fauna adalah ketersediaan makanan, air, serta migrasi dan distribusi habitatnya.
Hal tersebut disampaikan Kepala Pengembangan dan Pelayanan Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia/Research Center for Climate Change University of Indonesia (RCCC UI) Nurul L Winarni di Kampus UI Depok, Rabu (25/10/2023).
Nurul mencontohkan, burung-burung yang tinggal di pegunungan menjadi semakin sempit habitatnya karena suhu yang semakin panas.
Baca juga: Krisis Pangan Terjadi Bila Suhu Bumi Naik 3,5 Derajat Celsius
“Dengan semakin minimnya ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan, fauna seperti burung dan kupu-kupu juga diperkirakan dapat kehilangan habitatnya,” kata Nurul, sebagaimana dilansir Antara.
Jenis-jenis hewan eksoterm, seperti amfibi, juga ikut terpengaruh karena memiliki sensitivitas terhadap perubahan suhu.
Suhu yang terlalu panas dapat memengaruhi kondisi vital seperti pencernaan, reproduksi, dan metabolisme serta kondisi ketersediaan air pada habitatnya yang mengalami kekeringan.
Selain itu, cuaca ekstrem juga berdampak pada ketersediaan pakan satwa. Salah satu sumber pakan bagi satwa adalah tumbuhan.
Saat cuaca panas ekstrem menerjang, tumbuhan mengalami kekeringan. Jika kekeringan terjadi dalam skala luas, ketersediaan pakan bagi satwa bisa terganggu.
Baca juga: Alih Fungsi Lahan, Biang Keladi Suhu Panas
Selain itu, cuaca panas ekstrem juga membuat produksi nektar dan buah terpengaruh, termasuk pola musim berbunga dan berbuah dapat bergeser. Ini menyebabkan satwa harus dapat mencari alternatif sumber daya lain.
Cuaca panas ekstrem juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kebakaran hutan yang mengancam hilangnya habitat bagi spesies yang hidup di sana.
Kekeringan di habitat perairan seperti rawa, sungai, danau akibat cuaca panas ekstrem juga dapat mengancam keberadaan jenis-jenis ikan tertentu.
Bila hal tersebut terjadi, siklus ekosistem satwa, seperti rantai makanan dan jaring makanan, bisa ikut terpengaruh.
Nurul menyampaikan, apabila salah satu rantai makanan hilang, maka akan memengaruhi tingkat trofik produsen, konsumen, dekomposer, atau pengurai, sebuah faktor yang mengganggu keseimbangan ekosistem.
Baca juga: Miliaran Orang Terancam Panas Mematikan jika Suhu Bumi Terus Naik
Ini dapat terjadi karena adanya perubahan sumber daya makanan yang dapat menyebabkan perubahan komposisi komunitas hewan dalam ekosistem tersebut.
Hal tersebut mengakibatkan kehilangan spesies tertentu atau peningkatan populasi organisme lain yang lebih dominan.
Untuk menanggulangi dampak cuaca ekstrem terhadap fauna, Nurul menyampaikan beberapa langkah yang dapat dilakukan.
Dalam jangka pendek, langkah yang bisa diambil adalah dengan menyediakan sumber air, mencegah kebakaran hutan, serta menanam pohon buah dan tanaman berbunga di perkotaan.
Sedangkan dalam jangka panjang, upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan restorasi dan proteksi habitat serta konservasi sumber daya air.
Selain itu, perlu menyediakan alternatif habitat satwa seperti menyediakan RTH atau memanfaatkan halaman rumah.
Baca juga: Suhu Naik Terus, 2023 Bakal Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya