Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/10/2023, 06:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Kesadaran akan keberlanjutan lingkungan, alam, dan seisinya makin meluas di sektor industri manufaktur. Termasuk dalam produksi sepeda listrik.

Baru-baru ini, lahir sepeda listrik pertama di dunia yang tak menggunakan baterai sebagai sumber energinya. Sepeda listrik ini diberi nama dagang Pi-Pop.

Adalah Adrien Lelièvre, pengusaha asal Perancis yang menciptakan sepeda nir-baterai ini. Alih-alih dia menggunakan superkapasitor untuk menyimpan energi.

Lahirnya sepeda ini terinspirasi oleh kendala produksi baterai yang menghabiskan banyak sumber daya alam seperti litium atau unsur tanah yang langka sehingga memerlukan prosedur penambangan yang ekstensif dan sering kali berdampak pada lingkungan.

Baca juga: Asosiasi Harap Caleg Manfaatkan Kendaraan Listrik Jadi Bahan Kampanye

Namun kemudian, Lelièvre menjadi pionir dengan menciptakan solusi berkelanjutan. Dia melengkapi sepeda listriknya dengan superkapasitor.

Dikutip dari laman pi-pop.frPi-Pop digerakkan oleh superkapasitor yang bekerja dengan menyimpan energi secara elektrostatis, atau melalui muatan yang bergerak lambat.

Sementara baterai litium menyimpan energi sebagai reaksi kimia. Dengan kata lain, superkapasitor dapat menyimpan dan melepaskan energi dengan sangat cepat saat dibutuhkan.

"Sepeda ini menyimpan energi ketika penggunanya mengayuh atau mengerem dan menggunakannya untuk membantu tindakan yang lebih sulit seperti memulai kembali atau berkendara di tanjakan," jelas Lelièvre seperti dikutip dari euronews.

Dia memperkirakan, daya yang diberikan kepada pengendara oleh superkapasitor sepeda sudah cukup untuk melalui tanjakan. Dengan demikian, sepeda ini dianggap cocok digunakan di kota-kota Eropa.

Baca juga: Kejar Nol Emisi Karbon, Dukungan Sektor Kendaraan Listrik Diperlukan

Sejatinya, konsep superkapasitor bukanlah inovasi baru. Karena yang pertama diproduksi pada akhir tahun 1970-an. Saat ini, superkapasitor digunakan dalam sistem fotovoltaik, kamera digital, dan beberapa kendaraan hibrida atau listrik untuk meningkatkan kinerjanya.

Menurut Lelièvre, Pi-Pop yang memiliki bobot 20 kilogram benar-benar merupakan simbol ketenangan. Sepeda ini bisa melaju lebih cepat, dan menambah energi.

Sepeda ini dianggap ramah lingkungan karena tidak ada material alami langka yang digunakan dalam produksinya, karena superkapasitor terbuat dari karbon, polimer konduktif, aluminium foil, dan bahan bubur kertas yang sudah melalui proses daur ulang.

Keunggulan lainnya dari sepeda ini dibandingkan sepeda listrik biasa adalah pengayuhnya tak perlu lama menunggu hingga terisi dayanya untuk "mengaspal" di jalan raya.

Baca juga: Indonesia Perlu Memimpin Persaingan Investasi Kendaraan Listrik

Lelièvre juga mengeklaim masa pakai superkapasitor lebih lama, yakni berkisar antara 10 tahun hingga 15 tahun dibandingkan masa pakai baterai litium yang rata-rata hanya lima sampai enam tahun.

Sepeda Pi-Pop yang sekarang merupakan desain generasi ketiga, dirakit di Orléans, dan masih diproduksi secara lokal.

Saat ini, Pi-Pop diproduksi sebanyak 100 unit per bulan. Ke depannya, perusahaan menargetkan dapat memproduksi seribu sepeda setiap bulannya pada tahun 2024.

“Tahun 2025 kami ingin menyasar pasar Eropa, saat ini kami sedang mendiskusikan potensi penggalangan dana,” ungkap Lelièvre.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Perum Perhutani Bakal Tanam 24 Juta Pohon

Perum Perhutani Bakal Tanam 24 Juta Pohon

Pemerintah
Peneliti BRIN Kembangkan Bahan Bakar Pesawat Berbahan Minyak Kelapa

Peneliti BRIN Kembangkan Bahan Bakar Pesawat Berbahan Minyak Kelapa

Pemerintah
Inggris Janjikan Dana Iklim 2 Miliar Poundsterling untuk Negara Berpendapatan Rendah

Inggris Janjikan Dana Iklim 2 Miliar Poundsterling untuk Negara Berpendapatan Rendah

Pemerintah
Jembatani Keterbatasan lewat Kesetaraan Pendidikan, MMSGI Bantu Akses Pendidikan di Desa-desa Kaltim

Jembatani Keterbatasan lewat Kesetaraan Pendidikan, MMSGI Bantu Akses Pendidikan di Desa-desa Kaltim

Swasta
InJourney dan RBF Dorong Inisiatif Pertanian Berkelanjutan di Prambanan Jateng

InJourney dan RBF Dorong Inisiatif Pertanian Berkelanjutan di Prambanan Jateng

BUMN
NASA Investasi 11,5 Juta Dollar AS untuk Rancang Pesawat Rendah Emisi

NASA Investasi 11,5 Juta Dollar AS untuk Rancang Pesawat Rendah Emisi

Pemerintah
Perempuan Berperan Penting Atasi Perubahan Iklim, Penggerak Solusi Inovatif

Perempuan Berperan Penting Atasi Perubahan Iklim, Penggerak Solusi Inovatif

Pemerintah
IBM: India Memimpin dalam Keberlanjutan Berbasis Akal Imitasi

IBM: India Memimpin dalam Keberlanjutan Berbasis Akal Imitasi

Swasta
Perjanjian Polusi Plastik Global di Korea Selatan Gagal Capai Kesepakatan

Perjanjian Polusi Plastik Global di Korea Selatan Gagal Capai Kesepakatan

Pemerintah
BMKG: Tebal Es Pegunungan Jayawijaya Tinggal 4 Meter

BMKG: Tebal Es Pegunungan Jayawijaya Tinggal 4 Meter

Pemerintah
Krisis Kemanusian akibat Konflik di Suriah, Anak-Perempuan Banyak Jadi Korban

Krisis Kemanusian akibat Konflik di Suriah, Anak-Perempuan Banyak Jadi Korban

Pemerintah
COP16 Riyadh: Pembicaraan Tinggi Lawan Degradasi Lahan Dimulai

COP16 Riyadh: Pembicaraan Tinggi Lawan Degradasi Lahan Dimulai

Pemerintah
PBB Desak Pemimpin Dunia Segera Bisa Akhiri AIDS pada 2030

PBB Desak Pemimpin Dunia Segera Bisa Akhiri AIDS pada 2030

Pemerintah
Mahkamah Internasional Buka Sidang Perubahan Iklim Terbesar, Ini Pembahasannya 

Mahkamah Internasional Buka Sidang Perubahan Iklim Terbesar, Ini Pembahasannya 

Pemerintah
Degradasi Lahan Semakin Cepat, Capai 1 Juta Km Persegi per Tahun

Degradasi Lahan Semakin Cepat, Capai 1 Juta Km Persegi per Tahun

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau