KOMPAS.com – Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) menyebut, Indonesia perlu segera memimpin persaingan investasi di sektor kendaraan listrik yang terjadi di dunia saat ini.
Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenkomarves Rifky Setiawan mengatakan, tren transisi dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik di pasar global sangat cepat.
Hal tersebut disampaikan Rifky dalam kegiatan Forum Infrastruktur Sewindu Program Strategis Nasional (PSN) di Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Baca juga: ASEAN Jadi Tujuan Utama Investasi Kendaraan Listrik Global
“Negara-negara di dunia ini sudah berlomba-lomba untuk melakukan produksi kendaraan listrik,” kata Rifky, sebagaimana dilansir Antara.
Oleh karenanya, dia beranggapan Indonesia harus mengambil peran agar tak hanya jadi negara importir.
Adopsi kendaraan listrik di pasar global terjadi sejak 2017 atau sejak diratifikasinya Perjanjian Paris.
Pada 2020, ada sekitar 5 juta kendaraan listrik yang terjual. Jumlahnya meningkat menjadi 6 juta kendaraan listrik yang terjual pada 2021.
Baca juga: Solusi KLHK Tekan Polusi, Dorong Kendaraan Listrik dan Uji Emisi
Angka tersebut kembali naik pada 2022, di mana ada 10 juta kendaraan listrik yang terjual di pasar global.
Sedangkan pada 2023 yang belum usai ini, sudah ada sebanyak 14 juta kendaraan listrik yang terjual.
Indonesia dinilai memiliki peluang untuk menjadi negara produsen bagi kendaraan listrik. Pasalnya, Indonesia berpotensi membuat harga kendaraan listrik lebih murah di pasar global.
Rifky mengatakan, kendaraan listrik masih memiliki harga yang mahal karena komponen baterai pada kendaraan tersebut tidak murah.
Baca juga: Asia Tenggara Menuju Standardisasi Kendaraan Listrik
Sedangkan Indonesia berpotensi untuk bisa memproduksi baterai berdasarkan kekayaan alam yang dimiliki.
“Ini memang saatnya kita berpacu dengan waktu untuk segera kita dapat memimpin untuk investasi kendaraan listrik, papar Rifky.
Untuk bisa memimpin investasi kendaraan listrik, menurut Rifky ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia. Salah satunya adalah kapasitas produksi yang masih sedikit.
Berdasarkan paparannya, kapasitas produksi domestik kendaraan listrik mencapai 29.000 mobil, 2.480 bus, dan 1,42 juta sepeda motor per tahun.
Baca juga: Inovasi Baterai Jadi Kunci Revolusi Kendaraan Listrik
Selain itu, saat ini investor memerlukan dukungan pasar berupa kerangka hukum dan insentif untuk mendorong investasi.
Rifky memastikan, Kemenkomarves sejauh ini sudah mengoordinasikan sejumlah regulasi untuk bisa mengikuti tren kendaraan listrik.
“Jadi kami berharap dengan aturan-aturan ini bisa disederhanakan, disesuaikan, ini akan memasukkan beberapa investasi yang besar,” cetus Rifky.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya