KOMPAS.com - Lebih dari separuh mahasiswa di Indonesia mengaku kurang atau belum familiar tentang kontribusi green jobs atau pekerjaan hijau terhadap lingkungan dan masyarakat.
Temuan tersebut tertuang dalam hasil survei yang dilakukan oleh Yayasan Indonesia Cerah yang dirilis pada Kamis (26/10/2023).
Survei tersebut melibatkan 532 sampel yang berasal dari perguruan tinggi negeri dan swasta di berbagai wilayah di Indonesia, dengan rentang usia 18-25 tahun.
Baca juga: Green Jobs, Bidang Pekerjaan Layak yang Menjawab Masalah Lingkungan
Berdasarkan hasil survei tersebut, sebanyak 55 persen responden mengaku kurang atau belum familiar bahwa pekerjaan hijau dapat berkontribusi bagi lingkungan dan masyarakat.
Sisanya, yaitu 45 persen responden, mengaku sudah familiar bahwa pekerjaan hijau dapat berkontribusi bagi lingkungan dan masyarakat.
Menurut repsonden, setidaknya ada empat penyebab mengapa masih banyak mahasiswa yang kurang atau belum familiar tentang kontribusi pekerjaan hijau bagi lingkungan dan masyarakat.
Pertama, informasi tentang pekerjaan hijau masih kurang atau bahkan tidak dapat diakses.
Kedua, responden mengaku pengetahuannya kurang mendalam karena hanya mendapat informasi tentang pekerjaan hijau melalui media sosial dan internet.
Baca juga: 1 Juta Pekerjaan Batu Bara Bakal Lenyap pada 2050
Ketiga, responden merasa perguruan tinggi belum memberikan pendidikan, pelatihan, mata kuliah, dan kegiatan akademik atau non-akademik yang berkaitan dengan pekerjaan hijau
Keempat, responden merasa pendidikan dan pelatihan yang tersedia belum atau bahkan tidak
cukup untuk mempersiapkan anak muda dalam bidang pekerjaan hijau.
Di sisi lain, mayoritas responden beranggapan bahwa pemerintah menjadi pihak yang paling bertanggung jawab terkait pekerjaan hijau.
"Sebagian besar responden memilih lebih dari satu pihak. Pemerintah dianggap paling bertanggung jawab dalam mengatasi tantangan di pekerjaan hijau dengan persentase 52 persen," tulis Yayasan Indonesia Cerah dalam hasil surveinya.
Mayoritas responden yakni 83 persen merasa pemerintah dan institusi pendidikan belum cukup bahkan tidak memberikan dukungan terciptanya pekerjaan hijau.
Baca juga: Lapangan Kerja Energi Terbarukan Melonjak Drastis, Masa Depan Makin Menjanjikan
Sementara itu, organisasi nirlaba Koaksi Indonesia menyebutkan dalam laporannya, Indonesia sebetulnya memiliki beragam kebijakan yang berperan penting dalam mendorong berkembangnya pekerjaan hijau dan ekonomi hijau.
Menurut analisis Koaksi Indonesia, energi terbarukan berpotensi menciptakan lapangan kerja langsung berupa tenaga teknik sekitar 432.000 pada 2030 berdasarkan Rencana Umum energi Nasional (RUEN).
Besarnya potensi pekerjaan hijau di Indonesia menurut Koaksi Indonesia tersebar di hampir semua sektor.
Baca juga: Kurangnya Lapangan Kerja Jadi Tantangan Bonus Demografi Indonesia
Di satu sisi, dibutuhkan strategi yang terukur dan pasti, serta memerlukan peta jalan atau roadmap pengembangan pekerjaan hijau untuk memetakan kebutuhan keterampilan
Selain itu, butuh desain kebijakan insentif maupun disinsentif dan membuka peluang lebih besar semua pihak untuk turut berpartisipasi dalam pekerjaan hijau.
Koaksi Indonesia menggarisbawahi, dibutuhkan sosialisasi yang masif mengenai peluang pekerjaan hijau untuk memperluas minat masyarakat terutama bagi anak muda.
"Sehingga semakin banyak praktik ekonomi hijau yang tercipta," tulis Koaksi Indonesia dalam laporan berjudul "Green Jobs dan Potensinya Dalam Transisi Energi di Indonesia".
Baca juga: Investasi Hijau Bisa Ciptakan 1,66 Juta Lapangan Kerja per Tahun
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya