KOMPAS.com – Indonesia memiliki potensi energi air atau hidro yang melimpah ruah, mencapai 95 gigawatt (GW) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Akan tetapi, implementasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Indonesia baru mencapai 6,7 GW.
Hal tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada Pembukaan Sesi Plenary pada World Hydropower Congress (WHC) 2023 di Bali, Selasa (31/10/2023).
Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Produksi Listrik PLTA Menurun karena Kekeringan
Untuk memaksimalkan potensi tersebut, pemerintah menargetkan kapasitas terpasang PLTA mencapai 10 GW pada 2030.
“Selanjutnya, akan ditingkatkan lebih lanjut mencapai 72 GW sampai 2060. Sementara, untuk pumped storage akan mencapai 4,2 GW,” kata Arifin dikutip dari keterangan yang dirilis Kementerian ESDM.
Tenaga hidro dan PLTA merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang memiliki produktivitas yang stabil. Sehingga, pemanfaatannya bisa dipakai menjadi beban listrik dasar atau baseload.
“Tenaga hidro adalah salah satu energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai baseload dan juga sebagai solusi bagi intermitensi dari variabel energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, pada jaringan listrik,” tutur Arifin.
Baca juga: Waduk Saguling Surut, Operasional PLTA Jadi Terdampak
Sampai saat ini, pemerintah tengah membangun beberapa PLTA di sejumlah wilayah.
Contohnya PLTA Jatigede berkapasitas 110 megawatt (MW) dan PLTA Asahan dengan kapasitas 174 MW, yang ditargetkan beroperasi atau commercial operation date (COD) pada 2024.
Kemudian ada PLTA Peusangan 1 dan 2 dengan total kapasitas 88 MW serta PLTA Merangin 350 MW yang akan COD pada 2025.
Selan itu ada PLTA Batang Toru dengan kapasitas 520 MW yang akan COD pada 2026 mendatang.
“Untuk meningkatkan peran tenaga hidro pada sistem kelistrikan, Indonesia juga mengembangkan pumped storage pertama, Upper Cisokan yang berkapasitas 1.040 MW, yang memanfaatkan aliran air Sungai Cisokan, Jawa Barat,” ujar Arifin.
Baca juga: 10 Negara dengan PLTA Terbanyak di Dunia
Pemerintah juga berencana untuk mengambangkan industri hijau di Kalimantan, dengan memanfaatkan tenaga hidro.
Terdapat dua proyek tenaga hidro berskala besar yang sedang disiapkan, yakni PLTA Kayan dengan kapasitas 9.000 MW yang akan menyuplai listrik untuk industri manufaktur.
Selanjutnya ada PLTA Mentarang berkapasitas 1.375 MW yang akan memberikan suplai listrik untuk industri.
Arifin menuturkan, pemerintah juga menggenjot implementasi tenaga hidro di Papua karena potensinya yang besar di sana.
“Dengan memanfaatkan potensi besar tenaga hidro yang berlokasi di Papua, pemerintah berencana untuk membangun area industri hidrogen hijau, yang akan dibangun di beberapa lokasi potensial, yakni Memberamo 1 5.695 MW, Memberamo 2 933 MW, dan Edi Valen 630 MW),” tandas Arifin.
Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya