BANGKA, KOMPAS.com - Angka inflasi di Kepulauan Bangka Belitung selama Oktober 2023 tercatat mencapai 3,80 persen, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 3,55 persen (year on year).
Meskipun terjadi lonjakan, angka inflasi Bangka Belitung dinilai masih terkendali karena berada dalam sasaran inflasi nasional 3+1 persen.
Sementara tingkat inflasi tahun kalender tercatat sebesar 2,74 persen (ytd).
Plt Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepulauan Bangka Belitung Agus Taufik mengatakan, dua daerah yang menjadi rujukan yakni Tanjungpandan, Belitung, dan Kota Pangkalpinang, Bangka.
Baca juga: Buah Sukun Bisa Jadi Alternatif Pangan Pengganti Beras
Secara tahunan, inflasi kota Tanjungpandan sebesar 5,43 persen (yoy) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 120,87. Inflasi tersebut bersumber dari komoditas angkutan udara, beras, dan ikan bulat.
Sedangkan Kota Pangkalpinang mengalami inflasi 2,88 persen (yoy) dengan IHK 115,58 yang bersumber dari komoditas beras, rokok kretek filter, dan angkutan udara.
"TPID dan Bulog terus menggalakkan Operasi Pasar/Pasar Murah, Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras, serta sidak pasar," kata Agus pada awak media di Pangkalpinang, Rabu (1/11/2023).
Agus menuturkan, selama Oktober 2023, telah dilaksanakan operasi pasar murah pola subsidi di Kabupaten Bangka Barat, Bangka Selatan, dan Bangka Tengah menggunakan Dana Insentif Daerah (DID).
Hingga Oktober 2023, telah terlaksana 209 kali operasi pasar/pasar murah dan SPHP di Bangka Belitung.
Baca juga: Air Virtual dalam Peta Ketahanan Pangan
"TPID provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga telah melakukan rapat koordinasi (high level meeting) untuk menjaga stabilitas harga pangan terutama beras serta melakukan pemantauan langsung ke gudang distributor dan pedagang eceran di pasar tradisional bersama Satgas Pangan," ujar Agus.
Pemerintah provinsi juga telah menerbitkan Surat Edaran Gubernur Kepulauan Bangka Belitung No.510/244 tanggal 13 Oktober 2023 tentang harga komoditi beras.
Bank Indonesia bersinergi dengan pemerintah daerah melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) juga ikut serta mendorong ketersediaan pangan lokal melalui peningkatan luas tanam dan produktivitas komoditas pangan.
Budidaya terutama pada aneka cabai, padi, bawang merah, sayur mayur, dan ikan air tawar. Upaya-upaya tersebut melibatkan kelompok tani, pondok pesantren, kelompok wanita tani, PKK, dan mitra lainnya guna mengurangi ketergantungan terhadap pasokan pangan dari luar Bangka Belitung.
Baca juga: Capai Kedaulatan Pangan Butuh Peta Jalan Pertanian Berkelanjutan yang Komprehensif
Beberapa panen yang telah dilaksanakan diantaranya panen bawang merah di Kelompok Tani Titian Tani Bangka Tengah dengan produktivitas 8 ton per hektar, panen cabai merah di Asosiasi Pelaku Usaha Cabai Bangka dengan produktivitas 12ton dan panen sayuran di piloting project kelurahan.
Sementara secara spasial, kota Tanjungpandan mengalami deflasi bulanan sebesar 0,62 persen (mtm), dan merupakan angka deflasi terdalam se-Sumatera. Deflasi bulanan terutama bersumber dari komoditas ikan kerisi, ikan kembung, dan ikan bulat.
Sedangkan Kota Pangkalpinang mengalami deflasi bulanan sebesar 0,12 persen (mtm) yang bersumber dari tren penurunan harga komoditas angkutan udara, ikan selar, dan ikan tenggiri.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya