JAKARTA, KOMPAS.com - Kendati masuk dalam Papan Utama Pencatatan Saham Bursa Efek Indonesia (BEI), namun PT Metropolitan Land Tbk (Metland) belum melaporkan aktivitas penerapan pembangunan berkelanjutan untuk pilar Environment, Social, and Governance (ESG).
"Kami memang belum membuat laporan terkait ESG ini. Tapi sejak lama kami telah melakukan praktik-praktik pembangunan berkelanjutan. Kami rasa ESG Risk Ratings Perseroan mungkin low risk ya," ungkap Direktur Keuangan sekaligus Sekretaris Perusahaan Metland Olivia Surodjo, menjawab pertanyaan Kompas.com, saat Public Expose, Senin (13/11/2023).
Menurut Olivia, praktik keberlanjutan yang dijalankan perseroan tak hanya sebatas mengalokasikan lahan yang dikuasai dan dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH), melainkan juga bahan baku dan barang reduce, recycling, dan reuse (3R).
Baca juga: Risiko Bisnis BSDE Paling Rendah di Antara Emiten Properti
Salah satu contohnya adalah pembuatan batu bata dengan bahan baku campuran 80 persen pasir silika dan 20 persen limbah plastik.
Direktur Eksekutif Metland Nitik Hening menjelaskan, batu bata campuran ini digunakan untuk membangun kantor-kantor pemasaran atau marketing gallery di proyek-proyek yang dikembangkan Metland.
"Selain itu, kami juga menggunakan batu bata ini untuk kantor-kantor pengelola perumahan di proyek kami," ujar Nitik.
Penggunaan air juga dirancang supaya dapat melalui proses 3R. Perseroan menghindari penggunaan air sekali buang, melainkan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk keperluan menyiram tanaman, dan pembersihan jalan-jalan lingkungan.
Baca juga: Tingkat Risiko ESG Emiten Barang Baku Mayoritas Tinggi, Siapa Paling Parah?
Presiden Direktur Metland Anhar Sudradjat memastikan Perseroan akan tetap berkomitmen menerapkan praktik-praktik keberlanjutan, di luar aktivitas community development, charity atau tanggung jawab sosial (corporate social responsibility).
"Dan kami akan mengarah pada pelaporan aktivitas-aktivitas keberlanjutan tersebut," imbuh Anhar.
Untuk diketahui, di antara 28 emiten properti dan real estat yang tercantum pada Papan Pencatatan Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya delapan emiten yang memberikan laporan ESG.
Dan di antara delapan emiten ini, hanya dua yang tercatat berbisnis dengan risiko rendah PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Ciputra Development tbk (CTRA).
BSDE mencatat skor ESG Risk 14,8 alias rendah risiko (low risk), dan CTRA mencatat skor 18,9. Sementara enam emiten lainnya menjalankan bisnisnya dengan risiko medium (medium risk).
Baca juga: Mayoritas Emiten Energi Punya Tingkat Risiko ESG Tinggi, Siapa Paling Parah?
Peringkat ESG Risk Ratings menjadi penting ketika investor menganalisis potensi investasinya pada masa depan, dan oleh karena itu hal ini tidak boleh diabaikan oleh perusahaan.
Sebagian besar pemeringkatan ESG Risk Ratings, termasuk Morningstar Sustainalytics yang menjadi acuan Kompas.com, mengukur eksposur perusahaan terhadap risiko dan peluang terkait E=environment (lingkungan), S=social (sosial), dan G=governance (tata kelola).
Berikut daftar lengkap delapan emiten dengan skor ESG Risk Ratings rendah hingga medium:
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya