JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah studi yang dirilis Bain & Company mengungkapkan, konsumen Indonesia rela membayar lebih mahal sekitar 15 persen sampai 20 persen untuk produk-produk ramah lingkungan.
Bersama konsumen India, Brasil, dan China, kesediaan membayar "duit" esktra ini mengalahkan perilaku konsumen di Inggris, Italia, Jerman, dan Perancis.
Di ketiga negara Eropa Barat ini, konsumen hanya bersedia membayar ekstra antara 8 persen hingga 10 persen.
Menurut studi tersebut, perilaku royal konsumen Indonesia, Brasil, India, dan China ini didorong oleh permasalahan lingkungan hidup yang menjadi faktor utama.
Namun demikian, perilaku konsumen dapat berubah lebih cepat dari perkiraan banyak perusahaan, karena faktor eksternal seperti peraturan pemerintah yang sangat memengaruhi pasar.
Baca juga: Peneliti Paparkan Pentingnya Produk Ramah Lingkungan di ICONIST 2023
Sebut saja China yang menawarkan insentif finansial untuk kendaraan listrik sejak 2009. Kini, 19 persen konsumen Negeri Tirai Bambu ini dilaporkan mengendarai mobil listrik, dibandingkan dengan 8 persen konsumen secara global.
Sementara di Inggris, penggunaan kantong plastik supermarket sekali pakai telah turun 98 persen sejak pemerintah mulai mewajibkan peritel untuk mengenakan biaya pada tahun 2015.
Secara umum, Bain & Company melihat ada kesenjangan antara apa yang diinginkan konsumen dan apa yang dijual sebagian besar perusahaan.
Di seluruh dunia, 48 persen konsumen mempertimbangkan cara produk digunakan ketika memikirkan keberlanjutan.
Konsumen lebih mementingkan bagaimana suatu produk dapat digunakan kembali, ketahanannya, dan bagaimana produk tersebut dapat meminimalisasi limbah.
Sebaliknya, sebagian besar perusahaan menjual barang-barang ramah lingkungan berdasarkan faktor-faktor seperti cara pembuatannya, bahan-bahan alaminya, dan praktik pertanian yang diterapkan.
Baca juga: Semen Merah Putih Dukung Konstruksi Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
Faktor-faktor ini menyebabkan banyak konsumen menyamakan “keberlanjutan" dengan “premium.” Salah satu akibat dari keterputusan ini adalah hampir separuh konsumen negara maju percaya bahwa hidup berkelanjutan itu terlalu mahal.
Sebagai perbandingan, sekitar 35 persen konsumen di pasar yang berkembang pesat mempercayai hal ini.
Konsumen kesulitan mengidentifikasi produk berkelanjutan dan tidak mempercayai perusahaan yang memproduksinya.
Dalam survei Bain & Company, 50 persen konsumen menganggap keberlanjutan adalah salah satu dari empat kriteria pembelian utama mereka saat berbelanja.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya