Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/11/2023, 06:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah studi yang dirilis Bain & Company mengungkapkan, konsumen Indonesia rela membayar lebih mahal sekitar 15 persen sampai 20 persen untuk produk-produk ramah lingkungan.

Bersama konsumen India, Brasil, dan China, kesediaan membayar "duit" esktra ini mengalahkan perilaku konsumen di Inggris, Italia, Jerman, dan Perancis.

Di ketiga negara Eropa Barat ini, konsumen hanya bersedia membayar ekstra antara 8 persen hingga 10 persen.

Menurut studi tersebut, perilaku royal konsumen Indonesia, Brasil, India, dan China ini didorong oleh permasalahan lingkungan hidup yang menjadi faktor utama.

Namun demikian, perilaku konsumen dapat berubah lebih cepat dari perkiraan banyak perusahaan, karena faktor eksternal seperti peraturan pemerintah yang sangat memengaruhi pasar.

Baca juga: Peneliti Paparkan Pentingnya Produk Ramah Lingkungan di ICONIST 2023

Sebut saja China yang menawarkan insentif finansial untuk kendaraan listrik sejak 2009. Kini, 19 persen konsumen Negeri Tirai Bambu ini dilaporkan mengendarai mobil listrik, dibandingkan dengan 8 persen konsumen secara global.

Sementara di Inggris, penggunaan kantong plastik supermarket sekali pakai telah turun 98 persen sejak pemerintah mulai mewajibkan peritel untuk mengenakan biaya pada tahun 2015.

Secara umum, Bain & Company melihat ada kesenjangan antara apa yang diinginkan konsumen dan apa yang dijual sebagian besar perusahaan.

Di seluruh dunia, 48 persen konsumen mempertimbangkan cara produk digunakan ketika memikirkan keberlanjutan.

Konsumen lebih mementingkan bagaimana suatu produk dapat digunakan kembali, ketahanannya, dan bagaimana produk tersebut dapat meminimalisasi limbah.

Sebaliknya, sebagian besar perusahaan menjual barang-barang ramah lingkungan berdasarkan faktor-faktor seperti cara pembuatannya, bahan-bahan alaminya, dan praktik pertanian yang diterapkan.

Baca juga: Semen Merah Putih Dukung Konstruksi Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

Faktor-faktor ini menyebabkan banyak konsumen menyamakan “keberlanjutan" dengan “premium.” Salah satu akibat dari keterputusan ini adalah hampir separuh konsumen negara maju percaya bahwa hidup berkelanjutan itu terlalu mahal.

Sebagai perbandingan, sekitar 35 persen konsumen di pasar yang berkembang pesat mempercayai hal ini.

Konsumen kesulitan mengidentifikasi produk berkelanjutan dan tidak mempercayai perusahaan yang memproduksinya.

Dalam survei Bain & Company, 50 persen konsumen menganggap keberlanjutan adalah salah satu dari empat kriteria pembelian utama mereka saat berbelanja.

Namun, mereka mungkin mengambil keputusan berdasarkan kesalahpahaman. Ketika ditanya untuk menentukan produk mana yang menghasilkan emisi karbon lebih tinggi, konsumen salah atau tidak tahu sekitar 75 persen.

Baca juga: Jadi Solusi Ramah Lingkungan, Ini 5 Manfaat Penggunaan PLTS

Konsumen mengatakan bahwa mereka sangat bergantung pada label dan sertifikasi untuk mengidentifikasi produk-produk berkelanjutan, namun sebagian besar tidak mampu menjelaskan secara akurat makna di balik logo-logo keberlanjutan yang umum, seperti produksi organik atau fairtrade.

Kurangnya kepercayaan terhadap perusahaan memperparah masalah ini. Bain & Company menemukan hanya 28 persen konsumen yang memercayai perusahaan besar untuk menciptakan produk yang benar-benar berkelanjutan, dibandingkan dengan 45 persen yang memercayai usaha kecil dan mandiri.

Tujuan keberlanjutan

Selain itu, Bain & Company menemukan bahwa lebih dari 60 persen bisnis berada di luar jalur untuk mencapai tujuan keberlanjutan mereka, sehingga konsumen dan karyawan semakin sadar untuk dapat membantu meneruskan keberlanjutan.

Kemajuan keberlanjutan ini memerlukan kombinasi teknologi, kebijakan, dan perubahan perilaku. Basis konsumen dan karyawan yang semakin sadar mungkin terbukti membantu.

Dalam studi yang diterbitkan Selasa (14/11/2023), Bain & Company mengeksplorasi permasalahan keberlanjutan utama bagi para pemimpin bisnis, pelanggan, dan karyawan mereka.

“Kami telah berbicara dengan ribuan eksekutif tentang ambisi keberlanjutan mereka dan dampaknya,” kata Partner dan Head of Global Sustainability Bain & Company François Faelli.

Baca juga: 50 Tahun Indonesia-Korsel, KT&G Gelar Plogging Jogging Ramah Lingkungan

Konsumen menyadari peran penting dalam transisi energi dan sumber daya. Banyak yang memandang hal ini sebagai warisan mereka, namun sekaligus khawatir dengan semakin besarnya kesenjangan antara kemajuan mereka dan komitmen publik.

Meskipun hal ini tidak mudah, ada tiga hal yang harus diprioritaskan oleh CEO-CEO industri yakni kebijakan, teknologi, dan perilaku.

Bain & Company melakukan survei terhadap 23.000 konsumen guna mendapatkan gambaran luas mengenai permasalahan lingkungan di seluruh dunia.

Hasil penelitian ini menggarisbawahi semakin pentingnya topik keberlanjutan. Sekitar 64 persen masyarakat melaporkan tingkat kekhawatiran yang tinggi terhadap keberlanjutan.

Sebagian besar mengatakan kekhawatiran mereka semakin meningkat selama dua tahun terakhir dan kekhawatiran mereka pertama kali dipicu oleh cuaca ekstrem.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Pemerintah
Kekayaan Sumber Daya di Indonesia: Antara Berkah dan Kutukan
Kekayaan Sumber Daya di Indonesia: Antara Berkah dan Kutukan
Pemerintah
Ketidakpastian Ekonomi Hambat Investasi Mineral Kritis
Ketidakpastian Ekonomi Hambat Investasi Mineral Kritis
Pemerintah
Pesan dari Raja Ampat untuk Kepulauan Riau: Jangan Gadai Pulau demi Tambang
Pesan dari Raja Ampat untuk Kepulauan Riau: Jangan Gadai Pulau demi Tambang
Pemerintah
Negara-negara G7 Diminta Perkuat Rencana Mineral Kritis Berkelanjutan
Negara-negara G7 Diminta Perkuat Rencana Mineral Kritis Berkelanjutan
LSM/Figur
Pakai Climate Smart Shrimp, Desa di Donggala Panen Udang hingga 50 Ton
Pakai Climate Smart Shrimp, Desa di Donggala Panen Udang hingga 50 Ton
LSM/Figur
Climate Smart Shrimp, Inovasi Cara Dapat Cuan dari Udang Sekaligus Perbaiki Lingkungan
Climate Smart Shrimp, Inovasi Cara Dapat Cuan dari Udang Sekaligus Perbaiki Lingkungan
LSM/Figur
Gandeng Singapura, Pemerintah Bakal Bangun Industri Panel Surya di Riau
Gandeng Singapura, Pemerintah Bakal Bangun Industri Panel Surya di Riau
Pemerintah
Bangun Rumah Sejuk Tanpa AC dan Minim Lampu? Bisa, Ini Caranya
Bangun Rumah Sejuk Tanpa AC dan Minim Lampu? Bisa, Ini Caranya
LSM/Figur
Kemenhut Cabut Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan di Pulau Wawonii
Kemenhut Cabut Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan di Pulau Wawonii
Pemerintah
Pemerintah Pastikan Kampung Nelayan Merah Putih Utamakan Keberlanjutan
Pemerintah Pastikan Kampung Nelayan Merah Putih Utamakan Keberlanjutan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau