KOMPAS.com – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama enam Special Mission Vehicle (SMV) di bawah naungannya meresmikan program pengelolaan sampah organik untuk ekonomi sirkular.
Peresmian porgram pengelolaan sampah bernama Waste Management for Circular Economy (WE CARE) dilakukan di Yogyakarta, Selasa (28/11/2023).
Sebelum resmi diluncurkan, WE CARE sudah dimulai sejak Agustus 2023 dan dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Kota Yogyakarta dan Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara.
Baca juga: Danone Sasar Pengurangan Sampah Plastik Melalui Ekonomi Sirkular
Program ini juga mendapatkan dukungan dari Waste4Change dan Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) sebagai mitra pelaksana.
Sedangkan keenam SMV yang terlibat dalam WE CARE adalah PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, PT PII, PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), PT Sarana Multigriya Finansial, PT SMF, PT Geo Dipa Energi, dan Indonesia Infrastructure Finance (IIF).
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu Rionald Silaban mengatakan, WE CARE bertujuan untuk mendukung penyelesaian masalah sampah di Indonesia.
Penyelesaian dalam WE CARE dilakukan melalui berbagai inisiatif pengelolaan sampah yang baik dan efektif untuk mereduksi timbunan sampah baik organik maupun anorganik.
Baca juga: Cara Menarik Investor Danai Infrastruktur Pemilahan Sampah Sirkular
Inisiatif yang dilakukan juga memberikan nilai tambah pada hasil pengelolaan sampah yang berfokus pada konsep sirkular ekonomi untuk masyarakat secara berkelanjutan.
Rionald menuturkan, ekonomi sirkular sangat penting untuk mencapai nol sampah atau zero waste pada 2050, terutama seiring bertambahnya jumlah penduduk.
“Model ekonomi inilah yang dapat mempertahankan nilai produk, bahan baku, dan sumber daya semaksimal mungkin,” kata Rionald dalam keterangan tertulis.
Rionald menuturkan, WE CARE merupakan program berkelanjutan yang akan diteruskan di tahun mendatang hingga tahapan akhir.
Baca juga: Ekonomi Sirkular Jadi Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan
Selain pengurangan sampah, program ini juga dapat memicu perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah di hulu.
Masyarakat juga mendapatkan peningkatan perekonomian dari hasil budidaya maggot untuk sampah organik, daur ulang sampah anorganik, serta produk pengelolaan sampah lainnya.
Di Kota Yogyakarta, program WE CARE yang dilakukan adalah pengembangan inti plasma budidaya maggot atau black soldier fly (BSF).
Program ini merupakan pengelolaan sampah organik melalui pengembangan inti plasma budidaya maggot yang meliputi studi pendahuluan dan lima tahap pengembangan kapasitas.
Baca juga: Mengenal Ekonomi Sirkular, Sistem Produksi Berkelanjutan yang Ramah Lingkungan
Sementara di Banjarnegara, dilakukan program optimalisasi pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Dewanata.
Riset, studi awal, serta pengembangan kapasitas pengelolaan TPST Dewanata dilakukan melalui lima aspek persampahan yaitu peraturan, teknis operasional, kelembagaan, keuangan, dan partisipasi masyarakat.
Direktur Utama PT PII M Wahid Sutopo menuturkan, program yang dilakukan di Banjarnegara juga akan didukung dengan pengelolaan residu dan limbah sampah melalui pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
“Serta akan dilanjutkan dengan Pembangunan fasilitas TPST hingga diharapkan dapat menjadi TPST percontohan di Kabupaten Banjarnegara serta di daerah lain di Indonesia,” ujar Sutopo.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya