KOMPAS.com – Indonesia perlu membuka semua peluang dalam masa transisi menuju netralitas karbon atau net zero emisson (NZE) pada 2060, termasuk hidrogen.
Hal tersebut disampaikan Kepala Laboratorium Penelitian Konversi Energi Elektrik Institut Teknologi Bandung (ITB) Agus Purwadi kepada Antara, Selasa (28/11/2023).
“Karena peluang kita sangat besar sekali, apa yang tidak kita miliki saat ini, air kita ada di mana-mana, gas kita punya, batu bara juga kalau diolah terlebih dahulu juga bisa menjadi sumber energi yang lebih ramah,” kata Agus, sebagaimana dilansir Antara.
Baca juga: PLN Resmikan 21 Pembangkit Hidrogen Hijau, Ini Daftarnya
Karena memiliki berbagai sumber daya alam (SDA) yang melimpah, menurut dia Indonesia wajib untuk menelusuri dan tidak ada yang ditinggalkan dalam urusan energi baru terbarukan.
Dengan membuka semua peluang energi hijau menuju NZE 2060, dia meyakini bahwa Indonesia bisa menjadi pemain dalam industri otomotif di masa depan.
Sambil membuka semua peluang dan tidak meninggalkan tren saat ini, dia berharap Indonesia tidak akan ketergantungan dengan satu pihak.
“Kalau tren pasar nantinya berubah (tidak di kendaraan listrik lagi), padahal kita punya segala macam, dan tetangga kita sudah eksplor ke energi lain dan kita belum siap, ya kita akan ketinggalan lagi dan kita jadi penonton lagi. Padahal potensi kita luar biasa,” ucap dia.
Baca juga: Supaya Tidak Rugi, Indonesia Perlu Tentukan Posisi dalam Pasar Hidrogen
Menurut laporan dari berbagai sumber, mineral kritis untuk keperluan baterai dari kendaraan listrik masih terkonsentrasi di China. Sehingga banyak negara yang menelusuri energi lain agar tidak ketergantungan pada satu negara.
Oleh karena itu, penggunaan teknologi hidrogen saat ini sudah banyak dimanfaatkan oleh para produsen di berbagai negara.
Tidak hanya kendaraan penumpang, penggunaan teknologi hidrogen juga digunakan untuk kendaraan alat berat.
“Memang untuk kendaraan berat, hidrogen di luar negeri itu sudah mulai dan kalau di sini kan baru ya. Kalau hidrogen sendiri, pabrik pupuk sudah menggunakannya kalau di kita (Indonesia),” jelas dia.
Baca juga: Tumbuhkan Ekosistem Hidrogen, Indonesia Perlu Banyak Kolaborasi
Saat ini, pemanfaatan teknologi hidrogen sudah mulai dikembangkan di Indonesia melalui PT PLN melalui pembukaan Hydrogen Refueling Station (HRS) atau stasiun pengisian hidrogen pertama di Indonesia.
Hal itu dilakukan guna meminimalisasi penggunaan energi berbasis impor menjadi energi domestik.
HRS dikembangkan untuk memindahkan konsumsi energi fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan, seperti listrik dan hidrogen hijau.
Baca juga: BRIN Bidik Indonesia Jadi Pemasok Hidrogen Hijau di Pasar Global
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya