SEBAGIAN kawasan pesisir dan dataran rendah di Pulau Jawa dikenal sangat rawan terhadap fenomena banjir rob.
Kawasan tersebut antara lain pesisir Jakarta, Cirebon, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Semarang dan Demak.
Banjir rob merupakan istilah lokal yang merujuk pada fenomena banjir genangan akibat kenaikan muka air laut.
Fenomena banjir rob sudah ada sejak dulu kala. Dahulu banjir rob tidak meluas pada dataran rendah dan kawasan permukiman.
Dulu fenomena naiknya air pasang laut lebih banyak terjadi pada muara sungai, air laut masuk ke sungai hingga beberapa ratus meter, membawa ikan laut menuju muara.
Banjir rob dulu membawa keberkahan, banyak ikan terbawa ke muara, kemudian dengan mudah bisa ditangkap.
Saat ini banjir rob semakin meluas, ke dataran rendah sekitar pantai, ke permukiman, ke lahan-lahan tambak dan infrastruktur jalan.
Banjir rob mengakibatkan gangguan aktivitas masyarakat, menimbulkan kerugian dan kerusakan, terutama terhadap bangunan, tambak, dan infrastruktur jalan.
Fenomena meningkatnya banjir rob salah satunya disebabkan turunnya muka tanah di daerah pesisir. Turunnya muka tanah sering disebut dengan land subsidence.
Land subsidence dapat terjadi karena pengambilan air tanah yang berlebihan. Air tanah diambil lebih cepat daripada kecepatan regenerasinya, maka muka air tanah menurun.
Air tanah berfungsi menjaga kestabilan tanah di atasnya. Ketika air tanah diambil berlebihan, tekanan pada partikel tanah berkurang dan akan mengalami kompresi karena kehilangan dukungan air.
Akibatnya, tanah dapat mengalami kompaksi, yang kemudian menyebabkan penurunan permukaan tanah.
Penurunan air tanah juga dapat memberikan kesempatan udara dan oksigen masuk ke dalam tanah, memicu reaksi oksidasi pada bahan organik, dan bahan organik mengalami penyusutan, yang dapat menyebabkan penurunan tanah.
Data geospasial yang dihasilkan dari stasiun CORS (continuos operating reference station) yang dimiliki oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dapat dimanfaatkan untuk analisis land subsidence.
Fungsi utama stasiun CORS untuk mendukung sistem referensi dalam pemetaan. Namun data yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk analisis deformasi dan penurunan tanah.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya