KOMPAS.com – KTT iklim PBB COP28 resmi dibuka pada Kamis (30/11/2023) di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Hampir 200 negara sepakat untuk meluncurkan pendanaan guna mendukung negara-negara yang terkena dampak pemanasan global.
Kesepakatan bernama dana “kerugian dan kerusakan” yang telah lama diupayakan oleh negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim ini memberikan kemenangan awal dalam COP28.
Baca juga: Indonesia Kawal 4 Agenda Krusial dalam COP28
Dana tersebut akan disalurkan kepada negara-negara miskin mengatasi bencana iklim yang merugikan.
“Kami telah mengukir sejarah hari ini,” kata presiden COP28 Sultan Al Jaber ketika para delegasi berpelukan, bersorak dan memberikan tepuk tangan meriah, sebagaimana dilansir AFP.
Jaber mengatakan, keputusan penting dalam hari pertama COP tersebut dilakukan secara cepat, unik, fenomenal, dan bersejarah.
“Ini bukti bahwa kita bisa mewujudkannya. COP28 bisa dan akan terwujud,” ucap Jaber.
Para pemimpin dunia telah didesak untuk bergerak lebih cepat menuju masa depan energi yang ramah lingkungan dan melakukan pengurangan emisi yang lebih besar.
Baca juga: Presiden COP28 Bantah Investigasi BBC soal Kesepakatan Energi Fosil Jelang KTT
Fokus utama COP28 kali ini adalah meninjau kemajuan dunia dalam mengendalikan pemanasan global, serta penilaian capaian negara-negara dalam Perjanjian Paris.
Berukuran dua kali lipat dari COP27 tahun lalu, COP28 ini disebut-sebut sebagai KTT iklim terbesar yang pernah ada.
Lebih dari 140 kepala negara dan pemerintahan akan menyampaikan pidato pada Jumat (1/12/2023) dan Sabtu (2/12/2023), dimulai dengan Raja Inggris Charles III yang akan memulai pidatonya secara seremonial.
Pendanaan iklim telah menjadi isu utama dalam COP, di mana negara-negara kaya yang paling bertanggung jawab atas emisi tidak memenuhi janji mereka untuk mendukung negara-negara rentan yang terkena dampak paling parah.
UEA mengumumkan dana “kerugian dan kerusakan” senilai 100 juta dollar AS, diikuti oleh Uni Eropa sebesar 246 juta dollar AS.
Baca juga: Mengenal COP28 Dubai: Urgensi dan Pesertanya
Janji-janji lainnya diperkirakan akan diberikan dalam beberapa hari mendatang, namun jumlah tersebut sejauh ini masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang sebesar 100 miliar dollar AS.
“Kemajuan yang kami capai dalam membentuk dana kerugian dan kerusakan sangat penting bagi keadilan iklim, namun dana kosong tidak dapat membantu masyarakat kita,” kata Madeleine Diouf Sarr, ketua Group of the 46 Least Developed Countries.
Jaber meningkatkan kekhawatiran atas konflik kepentingan di tengah seruan untuk melakukan perundingan secara bertahap terhadap bahan bakar fosil di Dubai.
Menjelang pertemuan COP, Jaber terpaksa menyangkal bahwa dia memanfaatkan jabatannya sebagai Presiden COP28 untuk mencapai kesepakatan bahan bakar fosil baru.
Dalam pidato pembukaannya, Jaber mengatakan kepada para delegasi bahwa mereka harus memastikan dimasukkannya peran bahan bakar fosil dalam setiap perjanjian iklim final.
Baca juga: Jelang COP28, Industri Migas Dituntut Tetapkan Strategi Jelas Capai Netralitas Karbon
Dia juga memuji perusahaan-perusahaan minyak yang bersedia ikut serta dalam perundingan tersebut.
“Mereka bisa memimpin. Dan memimpin akan memastikan bahwa orang lain akan mengikuti dan mengejar ketinggalan,” ucap Jaber.
Sekretatis Eksekutif United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) PBB Simon Stiell dalam COP28 menegaskan pentingnya menyetop bahan bakar fosil untuk melawan perubahan iklim.
“Jika kita tidak memberikan sinyal bahwa era bahan bakar fosil akan segera berakhir seperti yang kita ketahui, maka kita menuju kemunduran yang kita alami sendiri,” ucap Stiell.
Baca juga: Investigasi BBC: UEA Dorong Kesepakatan Gas Bumi Jelang KTT Iklim COP28
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya