Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen dan Guru Perlu Integrasikan Kecerdasan Buatan dalam Pengajaran

Kompas.com, 7 Mei 2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menekankan bahwa, dosen maupun guru perlu mulai mengintegrasikan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di dalam proses pengajarannya.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo mengatakan, kehadiran AI tidak bisa dihindari dalam kehidupan manusia.

"Justru kita dosen dan guru perlu mengintegrasikan AI mulai dari proses pembelajarannya, bukan hanya ketika ada tugas atau asesmen," kata Anindito dalam diskusi daring di Jakarta, Senin (6/5/2024).

Baca juga: AI Jadi Suntikan Energi bagi Penelitian Medis di Indonesia

Anindito menuturkan, perdebatan menggunakan AI masih terus berlanjut hingga hari ini, sebagaimana dilansir Antara.

Keberadaan AI dinilai membuat kemampuan para siswa untuk mengembangkan suatu kerangka berpikir yang baik karena sifatnya yang dapat membantu secara instan.

Seringkali penggunaan AI dicap oleh pengajar sebagai suatu yang curang dan harus dipisahkan dari pembelajaran.

Dia mencontohkan, penggunaan kalkulator dalam pelajaran matematika sempat didebatkan karena dapat memberikan hasil hitung dalam waktu singkat.

Baca juga: Perubahan Iklim dan AI Jadi Ancaman Pembangunan Global

Hal tersebut dilanjutkan dengan kemunculan Google beserta mesin pencarian dan Wikipedianya.

"Saya rasa, kita harus mulai berpikir ulang tentang makna pembelajaran dan asesmen di zaman AI ini," ujarnya.

Menurutnya, seharusnya pengalaman merasakan berbagai perkembangan teknologi tersebut dijadikan sebagai pemantik ketika memberikan tugas pada para murid.

Setiap guru dan dosen disarankan untuk memberi tugas yang dapat dikembangkan lebih jauh menggunakan AI.

Baca juga: 4 Cara AI Bantu Lawan Perubahan Iklim

"Jangan kasih tugas yang hanya dengan AI saja sudah cukup dan selesai. Kita harus ubah supaya bisa menjadi alat bantu dalam proses pengerjaan tugas itu. Contoh dalam membuat esai atau tulisan, kita bisa minta mahasiswa atau murid pakai AI untuk brainstorming struktur tulisannya," ucapnya.

Apabila mahasiswa atau murid menggunakan bantuan AI untuk membuat rancangan tugas awal, guru dan dosen dapat meminta siswa melakukan riset yang bisa dipadukan dengan membuat pertanyaan yang menarik untuk dijawab AI.

Sehingga dapat dikembangkan menjadi informasi selanjutnya yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

"Dari draf awal itu perlu diolah lagi evaluasi kesahihan informasi, edit lagi sedemikian rupa sehingga dia bisa mencerminkan gaya tulisan, gaya berpikir anak sendiri," tutur Anindito.

Baca juga: AI Bantu Ilmuwan Pahami Kecepatan Mutasi Covid-19

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau