KOMPAS.com – Berbagai janji yang diumumkan dalam KTT iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) masih belum cukup untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius di atas tingkat praindustri.
Analisis tersebut disampaikan International Energy Agency (IEA) pada Minggu (10/12/2023), sebagaimana dilansir AFP.
Sejauh ini, 130 negara sepakat untuk meningkatkan energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat dan meningkatkan efisiensi energi sebanyak dua kali lipat.
Baca juga: Kesepakatan dengan Ambisi Iklim Tinggi Jadi Kemenangan COP28
Sementara itu, 50 perusahaan minyak dan gas sepakat untuk mengurangi emisi metana dan menghilangkan flaring pada 2030.
Menurut analisis IEA, jika janji-janji tersebut ditepati, emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor emisi dapat turun sebesar 4 miliar metrik ton setara karbon dioksida pada 2030.
Namun, menurut IEA, janji-janji tersebut masih belum cukup untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.
“Hal-hal tersebut tidak akan cukup untuk menggerakkan dunia menuju pencapaian target iklim internasional,” kata IEA.
Baca juga: COP28 Masuki Babak Akhir, Penghapusan Bahan Bakar Fosil Jadi Perdebatan Sengit
“IEA akan terus memantau perkembangan yang sedang berlangsung di COP28 dan memperbarui penilaiannya sesuai kebutuhan,” sambung IEA.
IEA sebelumnya mengatakan, negara-negara perlu melaksanakan lima bidang utama pada COP28 untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.
Selain menambah energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, dan mengurangi gas metana, mekanisme pendanaan skala besar juga diperlukan untuk melipatgandakan investasi energi bersih di negara-negara miskin.
IEA menambahkan, dunia juga perlu berkomitmen terhadap penurunan penggunaan bahan bakar fosil, dan mengakhiri persetujuan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
Hingga Senin (4/12/2023) ada semakin banyak janji-janji pendanaan iklim yang bermunculan dalam KTT COP28 yang tengah berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Baca juga: COP28: Pemimpin OPEC Desak Anggota dan Mitra Tolak Penghapusan Energi Fosil
UEA sendiri sudah berjanji memobilisasi pendanaan ramah lingkungan senilai 270 miliar dollar AS melalui bank-banknya.
Beberapa bank pembangunan juga mengumumkan rencana untuk meningkatkan upaya pendanaan, termasuk menyetujui penyetopan sementara pembayaran utang jika terjadi bencana terkait perubahan iklim.
Janji terbesar pada Senin datang dari sistem perbankan UEA, bergabung dengan negara-negara lain yang berjanji untuk memberikan lebih banyak pinjaman untuk proyek-proyek ramah lingkungan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya