KOMPAS.com – Meski COP28 menyepakati transisi dari bahan bakar fosil, organisasi produsen cum eksportir minyak OPEC memperkirakan permintaan minyak global masih akan tumbuh sehat pada 2024.
Menurut OPEC, permintaan minyak global akan tumbuh sebesar 2,2 juta barel per hari menjadi rata-rata 104,36 juta barel per hari pada tahun depan.
“Permintaan minyak diperkirakan akan didukung oleh pertumbuhan PDB global yang tangguh, di tengah berlanjutnya perbaikan aktivitas ekonomi di China,” kata OPEC dalam laporan bulanan regulernya mengenai pasar minyak, sebagaimana dilansir AFP, Rabu (13/12/2023).
Baca juga: Penjualan Kendaraan Listrik Makin Meningkat, Bisa Setop Dominasi Minyak Bumi
Permintaan minyak di negara-negara industri yang tergabung dalam OECD diperkirakan juga meningkat sebesar 0,3 juta barel per hari hingga mencapai rata-rata 46,1 juta barel per hari.
Akan tetapi, permintaan minyak di negara-negara OECD tahun depan masih berada di bawah rekor yang dicapai pada 2019.
Permintaan di negara-negara non-OECD juga diperkirakan meningkat sebesar 2 juta barel per hari menjadi rata-rata 58,3 juta barel per hari.
Perkiraan ini muncul ketika COP28 secara eksplisit menyerukan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil secara progresif.
Baca juga: 78 Persen Proyek Penangkapan Karbon di Dunia Dipakai untuk Tingkatkan Produksi Minyak
Sebagaimana diketahui, bahan bakar fosil menjadi salah satu sumber yang bertanggung jawab atas pemanasan global.
Frasa yang disepakati dalam COP28 adalah: bertransisi dari bahan bakar fosil ke dalam sistem energi, dengan cara yang adil, bertahap, dan merata sehingga dapat mencapai nol emisi pada 2050 sesuai dengan sains.
Kesepakatan tersebut terjalin selang delapan tahun setelah Perjanjian Paris yang menetapkan target mencegah kenaikan suhu Bumi 1,5 serajat celsius.
Sebelumnya, perundingan KTT berjalan alot hingga memasuki perpanjangan waktu. COP28 yang dimulai pada 30 November dan sedianya berakhir pada Selasa (12/12/2023) siang, molor menjadi Rabu.
Baca juga: Dunia Kembangkan Minyak Mentah Jadi Bahan Bakar Pesawat, Indonesia Berpotensi Jadi Pemasok
Perdebatan mengenai draf putusan akhir mewarnai KTT iklim ini. Bahkan OPEC mengimbau anggotanya menolak setiap bahasa yang menargetkan bahan bakar fosil.
Beberapa kali rancangannya mengalami perubahan hingga akhirnya disepakatilah frasa tersebut. Padahal awalnya, salah satu dalam opsi draf kesepakatan sempat menyebut “menyetop bahan bakar fosil”.
OPEC menguasai hampir 80 persen cadangan terbukti minyak dunia dan sepertiga produksi minyak global, dan negara-negara anggotanya sangat bergantung pada pendapatan minyak.
Baca juga: 3 Korporasi Jadi Tersangka Kasus Korupsi Minyak Goreng, Momentum Pemulihan Kerugian Negara
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya