KOMPAS.com - Dalam peringatan Hari Ibu (22/12/2023), Bayer menggagas kampanye "Perempuan Berdaya, Indonesia Maju" untuk membangun kesadaran pentingnya perencanaan keluarga dalam mendukung peran para ibu agar kian berdaya.
"Selain memastikan anak-anak mendapatkan perhatian penuh, perawatan, dan dukungan semasa awal-awal perkembangan, perencanaan keluarga juga sangat penting bagi kesehatan secara menyeluruh," ungkap Head of Medical Department of Bayer Pharmaceutical, dr. Dewi Muliatin Santoso.
"Dengan mengatur jarak kehamilan, para Ibu dapat mempersiapkan kesehatan si ibu, anak, dan keluarga semaksimal mungkin sehingga menciptakan suasana yang mendukung perkembangan optimal anak." tambahnya.
"Ini adalah pendekatan proaktif yang berkontribusi pada pembentukan keluarga yang sehat dan bahagia," tegas Dewi melalui rilis resmi (22/12/2023).
Pembahasan mengenai perencanaan keluarga idealnya dilakukan setiap pasangan sejak awal pernikahan dengan terbuka, saling menghormati dan tanpa paksaan.
Sebab, jika jarak usia kehamilan, jumlah anak dan waktu kehamilan tidak direncanakan sebelumnya, maka dapat timbul berbagai konsekuensi yang merugikan baik bagi orang tua maupun anak yang dilahirkan.
Seperti misalnya tidak siapnya orangtua secara fisik, finansial, mental maupun kurangnya wawasan yang tepat, terkait pola asuh dan tumbuh kembang anak yang ideal.
Menurut penelitian dari Universitas Harvard, perempuan yang melahirkan dengan jarak waktu berdekatan dapat merugikan dirinya sendiri dan anaknya.
Ibu yang mengalami kehamilan yang tidak direncanakan, memiliki resiko konsekuensi negatif seperti komplikasi saat kehamilan maupun melahirkan, perawatan kehamilan yang tertunda, kehamilan prematur, bahkan gangguan pada mental.
"Oleh karena itu, kondisi seorang Ibu menjadi sangat penting untuk diperhatikan agar Ia bisa memberikan pengasuhan yang terbaik bagi anaknya," tegas Dewi.
Baca juga: Putri Tora Sudiro, Jenaka Mahila, Rilis Mini Album di Hari Ibu
Berbagai penelitian yang dilakukan lembaga riset gizi dan kesehatan di dunia juga menyebut kurang gizi, penyakit kronis, perkembangan otak dan beberapa indikator kualitas hidup lainnya, ditentukan oleh kualitas "1.000 Hari Pertama Kehidupan Anak".
Pola pengasuhan dan gizi anak dalam periode ini memiliki dampak besar pada perkembangan mereka, yang jika tidak diperhatikan, dapat membawa efek negatif bagi anak yang tidak dapat dikoreksi di kemudian hari.
"Permasalahan lain dari kurangnya perencanaan keluarga adalah keterbatasan pemahaman di masyarakat akan perubahan yang dialami oleh Ibu saat masa kehamilan dan paska-melahirkan, yang turut berkontrIbusi dalam menentukan kualitas periode emas anak," ungkap Dewi.
Dalam masa ini, tubuh seorang Ibu mengalami serangkaian perubahan baik fisik dan emosional yang signifikan, yang melibatkan area genital, sistem reproduksi, hormonal serta perubahan fisik lainnya.
Tak hanya itu, yang turut menjadi sorotan dalam periode ini adalah isu kesehatan mental Ibu.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 10 persen wanita hamil dan 13 persen wanita yang baru saja melahirkan di dunia, mengalami gangguan mental dalam periode ini, terutama depresi.
Persentase ini bahkan lebih tinggi di negara berkembang, yang mencapai 15,6 persen persen selama kehamilan dan 19,8 persen setelah persalinan.
"Karena itu Ibu yang berada dalam masa ini, harus mendapat perawatan dan dukungan yang memadai agar bisa fokus dan sepenuh hati memberikan yang terbaik bagi pertumbuhan anak," ujarnya.
Pemahaman mengenai pentingnya mendukung Ibu yang baru melahirkan masih minim di masyarakat, sehingga banyak Ibu yang tak mencari pertolongan ketika menghadapi masalah dan menyebabkan konsekuensi fatal.
Di Indonesia tahun 2015, tercatat 305 Ibu meninggal dalam masa nifas (40-42 hari setelah melahirkan) tiap 100.000 kelahiran. Angka ini bisa ditekan jika Ibu mendapat dukungan yang tepat, salah satunya perencanaan jarak kehamilan menggunakan kontrasepsi yang tepat.
Kontrasepsi memungkinkan pasangan mengatur kehamilan sesuai keinginan dan kemampuan mereka.
Di antara berbagai pilihan kontrasepsi, Ibu dapat memilih kontrasepsi yang tepat dengan berkonsultasi terlebih dulu pada dokter agar tidak menggangu masa menyusui yang penting bagi tumbuh kembang optimal anak.
Baca juga: Mahfud MD Ucapkan Selamat Hari Ibu Sebelum Paparkan Visi Misi di Debat Cawapres
"WHO menyarankan idealnya, Ibu yang baru melahirkan memberi jarak 24 bulan atau 2 tahun sebelum mencoba kehamilan berikutnya. Jadi pilihlah kontrasepsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dengan berkonsultasi terlebih dulu pada dokter," saran Dewi.
"Mengonsumsi kontrasepsi dengan regimen yang benar dapat berkontrIbusi pada kesejahteraan Ibu, sehingga mereka mampu berdaya untuk memberikan yang terbaik bagi tumbuh kembang anak yang optimal," pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya