Seperti, kurangnya penataan bangunan dan lingkungan, penggunaan lahan sekitar KI yang didominasi oleh permukiman dan hunian pekerja yang tersebar acak, banjir pada kawasan permukiman sekitar KI, kemacetan di jalan nasional pada jam kerja, serta penumpukan sampah pada bahu jalan nasional dan jalan lingkungan kawasan permukiman.
Selain itu berkembangnya beberapa smelter lain dan IUP pada wilayah yang lebih luas akan memberikan dampak pada kualitas lingkungan dan fungsi infrastruktur konektivitas.
Oleh karena itu, Kementerian PUPR melakukan tindak lanjut terhadap permasalahan tersebut dengan menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan pada TA 2024.
Rencana kegiatan yang akan dilakukan pada TA 2024 meliputi peningkatan kapasitas jalan ruas Bungku-Bahodopi-Batas Sultra sepanjang 10 kilometer.
Baca juga: Hilirisasi Nikel Akselerasi Perekonomian Indonesia
"Kemudian pemugaran permukiman kumuh sekitar IMPI seluas 20 hektar, dan sistem pengelolaan persampahan skala kawasan-pembangunan TPA Bahodopi seluas 20 hektar. Total investasinya sebesar Rp 122 miliar,” ungkap Yudha.
Kementerian PUPR juga tengah mempersiapkan readiness criteria dari beberapa infrastruktur pendukung IMIP lainnya yang diperkirakan dimulai pada TA 2025 dan selanjutnya.
KI Morowali berada di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, dengan target pengembangan Tahap I seluas 4.000 hektar.
IMIP dirancang sebagai kawasan industri berbasis nikel yang terintegrasi dengan produk utama berupa nikel, stainless steel dan carbon steel.
Industri pendukungnya terentang mulai dari coal power plant, pabrik mangan, silikon, chrome, kapur, kokas, dan lainnya, hingga pelabuhan dan bandara.
Dalam operasionalnya, PT IMIP membagi kawasan menjadi tiga klaster industri, yakni klaster stainless steel, klaster carbon steel, dan klaster komponen baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Kapasitas produksi pada klaster pertama masing-masing 4 juta metrik ton per tahun untuk stainless steel, lalu kapasitas produksi hot rolled coil 3 juta ton per tahun, dan cold rolled coil 1,1 juta ton per tahun.
Baca juga: Hilirisasi Nikel Jadi Harta Karun Baru, Telapak Kaji 5 Perusahaan Besar
Sementara untuk klaster carbon steel, kapasitas produksinya mencapai 4,8 juta ton per tahun. Selanjutnya, klaster komponen electrical vehicle, rincian kapasitas produksinya masing-masing 120.000 ton per tahun untuk nickel cobalt dan 120.000 ton per tahun untuk Ni Sulfide.
Dikutip dari laporan Klaster IMIP, tercatat pada tahun 2015 dengan jumlah investasi sebesar 3,3 miliar dolar AS, IMIP menghasilkan devisa ekspor sebesar 187 juta dolar AS, dan setoran pajak dan royalti ke Negara Rp 306,874 miliar.
Angka itu naik setiap tahunnya, dan pada 2022 menjadi 20,927 miliar dollar AS untuk nilai investasi, devisa ekspor menjadi 15,030 miliar AS, serta setoran pajak dan royalti ke Negara sebesar Rp 10,052 triliun.
Sementara untuk tahun ini hingga Mei 2023, investasi tercatat senilai 22,387 miliar dolar AS atau setara Rp 347,095 triliun (nilai kurs Rp 15,504.35).
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya