KOMPAS.com – Hilirisasi nikel menjadi langkah awal transformasi dan akselerasi perekonomian Indonesia sekaligus menjadi salah satu solusi mengurangi ekspor bahan mentah.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Firman Hidayat menuturkan, sektor hilirisasi saat ini menjadi kontributor utama dalam peningkatan investasi asing.
“Secara spasial, hilirisasi juga mendorong investasi lebih berkualitas dan mendorong industrialisasi di Indonesia Timur,” ujar Firman dalam acara "National Perspective Indonesia Economic Outlook 2024 Forum" di Jakarta, Senin (2/10/2023).
Baca juga: Jika Terbukti Melanggar, Perusahaan Nikel Bakal Dilaporkan ke Pemerintah
Dia menambahkan, ekonomi daerah juga tumbuh lebih tinggi setelah kebijakan hilirisasi diterapkan. Nilai ekspor yang berasal dari nikel turut meningkat.
Sebelum ada penerapan kebijakan hilirisasi, ekspor bijih nikel dan turunannya pada 2013 hanya mencapai 5,4 miliar dollar AS.
Setelah kebijakan hilirisasi diterapkan, nilai ekspor turunan nikel pada 2022 mencapai 35,6 miliar dollar AS atau 6,6 kali lipat lebih tinggi.
Firman menyampaikan, program hilirisasi mampu mendorong kinerja ekonomi Indonesia, bahkan menjadi salah satu yang terbaik di antara negara-negara anggota G20.
Baca juga: Hilirisasi Nikel Jadi Harta Karun Baru, Telapak Kaji 5 Perusahaan Besar
“Konsistensi surplus perdagangan mendukung pencapaian era neraca transaksi berjalan positif,” kata dia dilansir dari siaran pers Kemenko Marves.
Dia menambahkan, Indonesia berhasil mempertahankan surplus perdagangannya selama 40 bulan berturut-turut.
“Neraca transaksi berjalan mencatat defisit yang kecil di tengah rendahnya harga komoditas internasional dan perlambatan perekonomian global,” tutur Firman.
“Sehingga, ini memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan Indonesia serta memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah,” tambahnya.
Baca juga: Pidato Jokowi tentang Hilirisasi Nikel, Walhi: Tak Peduli Krisis Iklim
Tujuan utama hilirisasi nikel, tutur Firman, adalah menciptakan ekosistem yang kompetitif pada rantai nilai baterai litium dan kendaraan listrik.
Selain itu, tingginya permintaan kerja juga mendorong peningkatan akses dan kualitas pendidikan melalui pembukaan politeknik dan jurusan baru di kawasan hilirisasi.
“Tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi, transfer teknologi dan pengembangan SDM (sumber daya manusia) menjadi bagian penting dari hilirisasi,” jelas Firman.
Dia menyampaikan, pemerintah juga akan selalu memastikan apabila hilirisasi yang sedang berjalan menjunjung aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau environmental, social, and governance (ESG).
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya