Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/12/2023, 13:19 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Bagi negara-negara yang berada lebih dekat dengan khatulistiwa, di mana perubahan suhu sehari-hari lebih mudah terdeteksi, jumlah hari peningkatan suhu terjadi lebih tinggi lagi.

Dampaknya pada 175 negara yang dinilai adalah 108 negara memiliki skor CSI 1 atau lebih tinggi. Dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dirasakan paling kuat oleh negara-negara di luar kelompok G20 yang skor CSI-nya lebih tinggi.

Padahal ironisnya, mereka yang di luar G20 paling sedikit dalam pelepasan emisi gas rumah kaca. 

Dalam 12 bulan terakhir, negara-negara dengan skor CSI tertinggi adalah: Jamaika (4,5), Guatemala (4,4), Rwanda (4,1).

Dalam periode yang sama, negara-negara kelompok G20 dengan skor CSI tertinggi adalah: Indonesia (2,4), Arab Saudi (2,3), Meksiko (2,1).

Terjadinya pemanasan global secara signifikan pada paruh kedua yang mengakibatkan 90 persen dari permukaan tanah dan 92 persen dari penduduk dunia mengalami peningkatan suhu di atas rata-rata.

Baca juga: Pemerintah Alokasikan Pendanaan Proyek Mitigasi Iklim dalam APBN

Dampak percepatan ini juga dirasakan oleh negara-negara kelompok G20 meskipun skor CSI mereka umumnya lebih rendah.

Dari semua negara yang tergabung dalam kelompok G20, sembilan negara yang mengalami perubahan iklim dan pemanasan yang signifikan adalah Arab Saudi, Meksiko, Indonesia, India, Italia, Jepang, Brasil, Prancis, dan Turki.

Semua negara mengalami peningkatan skor CSI pada paruh kedua tahun tersebut kecuali empat negara anggota kelompok G20 yaitu Jerman, Rusia, Kanada, dan Argentina.

Peningkatan Gelombang Panas

Efek perubahan iklim juga mengakibatkan peningkatan gelombang panas. Sebanyak 26 persen dari populasi global yang berjumlah 1,9 miliar setidaknya mengalami panas ekstrem selama lima hari dan 24 persen memiliki skor CSI 2 atau lebih.

Dari hasil analisa di 700 kota, 156 kota mengalami kondisi panas ekstrem yang berlangsung setidaknya lima hari.

Dalam periode 12 bulan, puncak gelombang panas terpanjang dialami oleh Houston, Texas yang berlangsung selama 22 hari.

Diikuti oleh tiga kota dengan durasi 17 hari, dua kota dengan durasi 16 hari, dan empat kota dengan durasi 15 hari.

Baca juga: Pemerintah Alokasikan Pendanaan Proyek Mitigasi Iklim dalam APBN

Gelombang panas ini memiliki skor CSI rata-rata 5, nilai tertinggi dari skala tersebut. Gelombang panas ini sebagian besar terjadi pada paruh kedua.

Pemanasan dan perubahan iklim memberikan dampak negatif secara signifikan pada kondisi cuaca. Terjadinya peningkatan hujan, badai, dan banjir telah menyebabkan konsekuensi serius di seluruh dunia;

Banjir dan bencana alam terkait cuaca telah menyebabkan ribuan kematian dan jutaan orang harus mengungsi. Kasus kebakaran hutan juga meningkat, memaksa orang untuk mengungsi dari tempat tinggal mereka. 

Negara-negara di Amerika Tengah dan Amerika Selatan mengalami kerugian finansial, kendala dalam distribusi makanan dan air yang terbatas, serta gangguan perdagangan akibat kekeringan ekstrim dan penurunan pasokan air.

Masalah kesehatan terkait panas meningkat selama periode panas ekstrem, berdampak pada unit darurat di Italia seperti kasus yang terjadi saat pandemi Covid.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau