Indonesia belum secara komprehensif melakukan perhitungan potensi padang lamun dalam mengurangi emisi karbon.
Luas padang lamun di seluruh Indonesia angkanya belum pasti, belum ada pemetaan yang komprehensif.
Dari pendekatan buffering terhadap garis pantai dapat diperkirakan hingga 3 juta hektare, namun bisa saja angka ini overestimated.
Data lain menyampaikan hingga 900.000 hektare, namun belum semuanya terferifikasi, baik menggunakan data penginderaan jauh maupun survei.
Untuk mencapai perhitungan yang lebih mendekati, perlu dilakukan pemetaan padang lamun di seluruh Indonesia.
BIG sebagai lembaga pemerintah nonkementerian yang bertugas menyelenggarakan informasi geospasial, dalam hal ini termasuk pemetaaan, perlu terus mendorong dan bekerjasama dengan kementerian terkait dalam menyusun dan mengembangkan metodologi pemetaan dan identifikasi padang lamun.
Pemanfaatan teknologi geospasial mutakhir seperti citra satelit resolusi tinggi dan teknologi radar perlu terus dilakukan.
Identifikasi wilayah perairan dangkal sebagai lokasi ekosistem padang lamun dapat didekati menggunakan integrasi data bathimetri atau data kedalaman laut, data garis pantai, data pulau-pulau kecil dan data pasang surut.
BIG menyediakan data kedalaman laut dalam sistem bathimetri nasional dan data garis pantai yang keduanya dapat diakses oleh semua pihak.
BIG juga menyediakan data pulau-pulau kecil yang terdapat dalam direktori gazeter dan dapat diakses oleh umum.
Selain itu, BIG juga menyediakan data pasang surut real time 24 jam melalui lebih dari 270 stasiun pasang surut yang tersebar di perairan nusantara.
Pemetaan karbon biru perlu mendapatkan perhatian serius sebagai bagian dari komitmen nasional dalam pengurangan emisi karbon.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya