KOMPAS.com - Manusia mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan organ reproduksi yang cenderung meningkat saat masa remaja, sehingga membutuhkan gizi yang optimal.
Sayangnya, di usia tersebut, banyak dari kita yang sering mempunyai pola makan kurang tepat, baik dalam kuantitas maupun kualitas. Sehingga mengakibatkan timbulnya masalah gizi seperti anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK).
Anemia dan KEK dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain kekurangan asupan dalam waktu lama, kurangnya konsumsi makanan sumber Fe, serta sering mengonsumsi teh, kopi, terutama setelah makan.
Baca juga:
"Kondisi tersebut perlu ditangani segera karena remaja putri yang menderita anemia dan KEK berisiko menjadi ibu hamil anemia dan KEK yang nantinya melahirkan bayi stunting," kata Ketua Tim Pengabdi UI Diah M Utari, dikutip dari laman Universitas Indonesia, Selasa (10/1/2024).
Kegagalan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak tersebut dapat pula terjadi akibat adanya pernikahan dini. Perempuan yang menikah di usia remaja akan berebut zat gizi dengan janin yang dikandungnya.
"Selain berpeluang melahirkan bayi stunting, ibu muda yang hamil dengan anemia dan KEK juga berisiko meninggal saat melahirkan," imbuhnya.
Untuk mencegah risiko tersebut, remaja putri diimbau mengikuti pola makan gizi seimbang dan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) secara teratur.
Selain itu, remaja harus membiasakan perilaku hidup bersih dan aktif melakukan kegiatan fisik untuk mempertahankan berat badan.
“Tidak semua remaja putri mau mengonsumsi TTD yang diberikan dengan alasan rasa dan bau TTD yang tidak enak, tidak merasa perlu, dan efek samping yang timbul seperti tinja berwana hitam dan konstipasi," ujar Diah.
Baca juga: Optimistis Stunting Jadi 14 Persen, Pemerintah Percepat Penyediaan Air Bersih
Oleh karena itu, Tim Pengabdi UI turun langsung ke lapangan untuk menginformasikan bahwa efek yang timbul setelah minum TTD tidak berbahaya dan TTD wajib diminum karena mempunyai efek jangka panjang yang sangat baik.
Ia bersama tim pengabdian masyarakat dari Universitas Indonesia (UI) melalui Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) turun ke masyarakat memperluas promosi kesehatan, dan mengajak kelompok-kelompok potensial, seperti ustazah dan guru untuk terlibat dalam edukasi kesehatan.
Pada Jumat (15/12/2023), Tim Pengabdi UI memberikan pembekalan pengetahuan seputar anemia remaja dan ibu hamil kepada ustadzah, guru SMA/sederajat, dan guru SMP/sederajat yang ada di Kelurahan Pasir Putih Kota Depok.
Menurut Diah, tujuan kegiatan tersebut agar ustadzah dan guru ikut berperan dalam upaya mempercepat penurunan anemia dan stunting di Kota Depok.
"Ustadzah diharapkan dapat membagikan pengetahuannya kepada jamaah dan masyarakat di sekitarnya termasuk remaja putri, sedangkan guru dapat menyebarkan pengetahuan tersebut kepada muridnya," kata dia.
Baca juga: Cegah Stunting, Suami Perlu Jaga Psikologis Istri saat Hamil
Pada kegiatan tersebut, para peserta dibekali booklet berisi materi kesehatan dan gizi remaja putri. Booklet itu memuat lima materi utama, yakni Pertumbuhan Remaja, Gizi Seimbang dan Isi Piringku, Kebutuhan Gizi Remaja, Dampak Kurang Gizi pada Remaja, serta Gizi Remaja, Kehamilan, dan Stunting.
Keseluruhan materi dalam booklet dijelaskan oleh Tim Pengabdi UI yang terdiri dari Asih Setiarini; Mardatillah, Latifah, dan M Imaddudin.
Kegiatan edukasi tersebut diawali dengan pre-test dan diakhiri dengan post-test. Hasil tes menunjukkan adanya kenaikan skor pengetahuan gizi sebesar 30 persen. Edukasi ini mendapat antusiasme yang tinggi yang ditandai dengan banyaknya pertanyaan dari para peserta terkait anemia yang dialami remaja putri.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya