KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyoroti penggunaan alat antropometri atau alat ukur tubuh yang belum dapat dimaksimalkan dengan baik oleh pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).
Dia menyampaikan, berbagai alat kesehatan yang sudah diberikan, termasuk antropometri, untuk segera dimanfaatkan.
"Jangan hanya disimpan, karena masyarakat perlu alat-alat itu," kata Budi sebagaimana dilansir Antara, Minggu (6/1/2024).
Baca juga: Optimistis Stunting Jadi 14 Persen, Pemerintah Percepat Penyediaan Air Bersih
Budi mendapatkan sejumlah puskesmas masih menggunakan alat antropometri tidak terstandar saat menyambangi sejumlah puskesmas dalam lawatannya ke Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, pada Sabtu (6/1/2024).
Dia menuturkan, sejumlah puskesmas masih menggunakan alat antropometri versi lama atau manual. Penggunaan alat ini dikhawatirkan tidak menunjukkan tinggi maupun berat badan yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, ia meminta kepada puskesmas di Kabupaten Tojo Una-Una agar tidak menyimpan perlengkapan antropometri yang telah diberikan pemerintah.
Budi menegaskan perlengkapan antropometri itu harus digunakan seoptimal mungkin untuk kegiatan deteksi dini potensi stunting pada anak.
Baca juga: BKKBN: Pencegahan Stunting Upaya Tingkatkan Rata-rata IQ Penduduk Indonesia
Selain alat antropometri, Budi juga meminta agar penggunaan dan pengelolaan peralatan ultrasonografi atau USG ditingkatkan.
Sebab, alat yang digunakan untuk mengetahui perkembangan janin dalam kandungan itu tidak dapat beroperasi dengan baik di beberapa puskesmas yang dikunjungi, lantaran kertas USG atau thermal paper tidak tersedia dan printer rusak.
"Saya minta kepada Dinas Kesehatan untuk segera dipenuhi dan diperbaiki, sehingga fungsinya bisa optimal lagi," ujarnya.
Selain peralatan pencegahan stunting, Budi turut meminta puskesmas-puskesmas supaya memacu penggunaan alat hematoanalyzer secara efektif.
Baca juga: Cegah Stunting, Suami Perlu Jaga Psikologis Istri saat Hamil
Hematoanalyzer dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk membantu mendeteksi penyakit seperti kanker, talasemia, hepatitis, tuberkulosis (TBC), diabetes, dan berbagai penyakit lainnya secara otomatis.
Apabila alat skrining kesehatan tersebut dioptimalkan, dia optimistis berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit diabetes yang paling banyak diderita masyarakat di Kabupaten Tojo Una-Una, dapat dideteksi, dikontrol, dan diobati sejak dini di puskesmas, sehingga persentase kesembuhannya kian besar.
"Kalau pemeriksaan hematoanalyzer ini jalan, pemeriksaan darahnya jalan, maka rumah sakit tidak akan penuh," tutur Budi.
Baca juga: Stunting Masalah Kompleks, Ini Pesan buat Bapak-bapak
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya