KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meneliti potensi biomassa dari kelapa sawit sebagai bahan baku karbon hitam yang bisa dimanfaatkan untuk pewarna dan penguat ban mobil, belt, hoses, dan barang-barang bukan ban yang mengandung karet.
Periset Konversi dan Konservasi Energi BRIN Agus Kismanto mengatakan, perkebunan kelapa sawit adalah sumber biomassa yang melimpah mulai dari pelepah, tandan kosong, hingga batang-batang sawit sisa replanting.
"Tandan kosong bisa 59 juta ton per tahun, jika diolah menjadi karbon hitam dapat menghasilkan sekitar 3 juta ton karbon hitam," ujar Agus, dikutip dari Antara, Minggu (14/1/2024).
Baca juga: Kontrol Penggundulan Hutan, OIKN Moratorium Izin Sawit dan Tambang
Agus mengungkapkan, riset teknologi produksi karbon hitam dari biomassa kelapa sawit merupakan hal yang sangat menjanjikan untuk meningkatkan ekspor Indonesia.
Pengembangan teknologi produksi karbon hitam dari biomassa diawali dari proses pirolisis biomassa, sehingga keekonomian proses produksi dapat tercapai.
Menurut Agus, karbon hitam biomassa merupakan pasar baru dari pemanfaatan kelapa sawit. Mengingat, selama ini karbon hitam hanya berasal dari bahan bakar fosil.
"Tren ini akan cerah karena mendukung target pencapaian emisi nol bersih yang merupakan prioritas saat ini," ucapnya.
BRIN mengusulkan teknik produksi dengan melakukan proses gasifikasi tandan kosong pada temperatur yang rendah, sehingga terbentuk syngas dan minyak pirolisis atau tar.
Kemudian, syngas dijadikan bahan bakar pada proses produksi, sedangkan minyak pirolisis dijadikan bahan baku.
Baca juga: Ditjen EBTKE dan MEBI Dorong Biomassa Jadi Solusi Transisi Energi di Indonesia
“Produksi karbon hitam dari minyak pirolisis sangat bagus mengingat mutu sifat fisika minyak pirolisis yang sudah mendekati minyak berat,” ujar Agus.
Pada riset tahun pertama, telah menghasilkan kualitas karbon hitam yang dapat dipakai sebagai bahan baku sebagian pabrik ban (N770).
Teknologi penyiapan bahan baku dan bahan bakar karbon hitam berupa pyro syngas yang berbasis tandan kosong kelapa sawit harus segera diwujudkan.
"Sebagai riset lanjutan, kami akan mengembangkan riset penyiapan bahan baku produksi pyro syngas dari tandan kosong kelapa sawit, riset optimasi produksi di reaktor karbon hitam menuju kualitas N110, serta riset pemanenan karbon hitam,” pungkasnya.
Dikutip dari Kompas.com (7/5/2023), biomassa adalah salah satu sumber energi baru terbarukan (EBT) yang ditarget dapat berkontribusi cukup signifikan dalam bauran EBT nasional.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha mengatakan, biomassa dalam target bauran EBT nasional diharapkan dapat mencapai 10,2 juta ton.
Namun, hingga 2022, capaian biomassa baru 0,6 juta ton. Berkaca pada capaian ini, pemanfaatan biomassa perlu didorong.
Baca juga: Selama 2022, Penggunaan Biomassa di Pabrik SIG Tembus 2,7 Juta Ton
Potensi biomassa yang bisa digunakan bisa berasal dari hutan energi, limbah pertanian atau perkebunan, limbah industri, dan sampah rumah tangga.
“Masyarakat dapat turut berpartisipasi membuat energi dari potensi biomassa dan berkontribusi terhadap perubahan iklim. Sebab, semua bisa menanamnya," ujar Satya.
Salah satu pemanfaatan biomassa adalah untuk pembangkit tenaga listrik.
Selain untuk ketenagalistrikan, pemanfaatan biomassa dapat dilakukan di berbagai industri seperti kimia, petrokimia, makanan dan minuman, tembakau, kertas, mesin, pertambangan dan ekstrasi, konstruksi, tekstil, kulit, transportasi, kayu, besi, semen, metal, pupuk, hingga keramik.
Bisa juga untuk pengganti batu bara, mengurangi emisi gas rumah kaca, hingga sumber energi bagi industri agribisnis.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya