Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BKKBN: Pencegahan Stunting Upaya Tingkatkan Rata-rata IQ Penduduk Indonesia

Kompas.com - 21/12/2023, 21:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Pencegahan stunting menjadi salah satu upata peningkatan rata-rata kecerdasan intelektual atau intelligence quotient (IQ) penduduk Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sukaryo Teguh Santoso dalam sebuah seminar, Kamis (21/12/2023).

"Saat ini kami sedang berusaha keras untuk menurunkan stunting guna menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas di masa depan," kata Sukaryo, sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: Cegah Stunting, Suami Perlu Jaga Psikologis Istri saat Hamil

"Stunting ini berdampak tidak hanya pada aspek pertumbuhannya saja, tetapi juga aspek kecerdasan," sambungnya.

Berdasarkan data World Population Review tahun 2022, rata-rata IQ orang Indonesia sekitar 78,49.

Nilai tersebut membuat Indonesia berada pada posisi 130 dari 199 negara yang diuji.

Sukaryo menuturkan, skor IQ rata-rata manusia antara 90-109. Nilai IQ di atas angka tersebut dianggap memiliki skala kecerdasan tinggi.

Baca juga: Stunting Masalah Kompleks, Ini Pesan buat Bapak-bapak

"Sedangkan skor di bawah 70 berarti ada kendala perkembangan atau ketidakmampuan belajar," ujar Teguh.

Dia menuturkan, apabila melihat rata-rata IQ penduduk Indonesia 78,45, artinya angka tersebut jauh di bawah IQ normal.

"Hal ini menunjukkan IQ orang Indonesia tergolong rendah di level dunia, padahal IQ merupakan taraf kecerdasan yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran hingga menyelesaikan masalah," ucapnya.

Untuk itu, kata dia, salah satu upaya pemerintah mempersiapkan SDM yang unggul dan berdaya saing adalah menurunkan stunting.

"Upaya intervensi yang dilakukan baik spesifik dan sensitif, perbaikan kualitas gizi, dan faktor-faktor lingkungan lainnya sangat berpengaruh," tutur Teguh.

Baca juga: Tangani Stunting, Pemkot Bogor dan P3SI Gelar Program 1 Juta Bayi Unggulan

Teguh menambahkan, kurangnya gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan dapat membuat balita-balita di Indonesia terancam mengalami gagal tumbuh, gagal berkembang, dan gagal sehat.

"Saat ini, prevalensi stunting berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), ada 21,6 persen balita di Indonesia yang terancam gagal tumbuh, gagal berkembang, dan gagal sehat," kata dia.

Untuk itu ia menekankan pentingnya literasi gizi bagi keluarga pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Pasalnya, pada usia itu tersebut, pertumbuhan sel otak secara teori terbentuk sebesar 80 persen.

"Kalau kita gagal memenuhi kebutuhan balita sejak masa konsepsi (pembuahan) hingga dua tahun tersebut, maka potensi gagal tumbuh, gagal berkembang, dan gagal sehat bisa menyebabkan gagal tumbuh pada balita," tutur Teguh.

Baca juga: Waspada, Anemia pada Remaja Putri Bawa Pengaruh Jangka Panjang hingga Jadi Faktor Stunting

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau