BEBERAPA hari ini, kita masih akan menghadapi cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem salah satunya diawali dengan kemunculan bibit siklon tropis yang dimulai pada 16 Januari dan berkembang menjadi siklon anggrek.
Siklon anggrek terus bergerak dan membawa dampak signifikan di sebagian wilayah Indonesia, menyebabkan terjadinya potensi hujan lebat dan sangat lebat hingga lebih dari 50mm/jam.
Permukaan lautan yang luas dengan suhu permukaan yang cenderung hangat akan menghasilkan uap air yang banyak, sangat berpotensi mendukung pembentukan siklon.
Adanya tekanan udara yang tinggi di kawasan Asia akan menyebabkan pergerakan angin ke selatan, ke wilayah Indonesia dan dapat menimbulkan potensi terbentuknya siklon di dekat perairan Indonesia bagian selatan.
Beberapa daerah di bagian selatan Jawa rawan terdampak ekor siklon anggrek, yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan curah hujan, menimbulkan hujan lebat, sangat lebat dan ekstrem.
Hujan lebat dapat terjadi di sebagian besar Jawa bagian selatan. Tingginya curah hujan berpotensi mengakibatkan banjir, baik banjir genangan maupun banjir bandang.
Banjir genangan dapat terjadi pada daerah-daerah dengan topografi rendah, daerah dataran rendah, daerah cekungan, dataran banjir, dan kawasan muara sungai serta pesisir.
Banjir bandang dapat terjadi pada daerah alian sungai yang mempunyai gradien kemiringan sungai besar dan kondisi daerah hulu yang rusak.
Informasi geospasial berupa peta rawan banjir memberikan informasi daerah-daerah yang mempunyai tingkat kerawanan tinggi.
Peta rawan banjir skala 1:50.000 dan 1:25.000 untuk seluruh Indonesia telah disusun oleh Badan Informasi geospasial (BIG).
Peta rawan banjir ini termasuk dalam kebijakan satu peta (one map policy), yang informasinya dapat diakses pemerintah daerah, baik kabupaten/kota maupun propinsi di seluruh Indonesia.
Peta rawan banjir dapat digunakan untuk membantu menyusun kontingensi plan sebagai antisipasi terhadap dampak banjir akibat cuaca ekstrem, seperti yang sedang terjadi saat ini.
Peta rawan banjir juga dapat digunakan untuk mendukung perencanaan wilayah maupun desain perencanaan kota dalam dokumen tata ruang.
BIG juga telah menyusun metode pemetaan rawan banjir, sudah terstandardisasi dengan SNI, Standar Nasional Indonesia no 8197:2015.
Peta rawan banjir disusun dengan mempertimbangkan aspek geomorfologi yang berupa bentuk lahan dan morfologi permukaan, aspek hidrologi berupa kerapatan aliran sungai, aspek topografi berupa ketinggian dan kemiringan tempat, aspek pedologi berupa karaktersitik fisis tanah dan juga aspek penutup lahan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya