KOMPAS.com - Pada 2023, Jerman mencetak rekor emisi gas rumah kaca (GRK) terendahnya dalam 70 tahun terakhir.
Rekor tersebut dipecahkan "Negeri Panzer" karena berhasil mengurangi ketergantungannya terhadap batu bara.
Sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga think tank Agora Energiewende menemukan, Jerman mengeluarkan 673 juta ton emisi GRK pada 2023.
Baca juga: Co-firing EBTKE di 43 PLTU Sukses Kurangi Emisi Karbon 1,1 Juta Ton
Jumlah tersebut 73 juta ton lebih sedikit dibandingkan 2022, sebagaimana dilansir The Guardian, Kamis (4/1/2024).
Agora Energiewende menyampaikan, penurunan emisi GRK Jerman sangat dipengaruhi oleh banyaknya pengurangan konsumsi dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
Dilansir dari AP, lebih dari separuh pengurangan emisi di Jerman pada 2023, sekitar 44 juta juta ton, disebabkan oleh penurunan produksi listrik dari PLTU batu bara.
Hal ini disebabkan oleh menurunnya permintaan listrik dan meningkatnya impor dari negara-negara tetangga, yang sekitar setengahnya berasal dari sumber energi terbarukan.
Baca juga: Pemerintah Berupaya Kurangi Emisi Lewat Jual Beli Karbon
Selain itu, untuk pertama kalinya pembangkit energi terbarukan memproduksi listrik 50 persen dari total produksi listrik di Jerman.
Pangsa batu bara juga turun dari 34 persen menjadi 26 persen pada 2023.
Jerman sempat kembali menggunakan batu bara setelah Rusia menginvasi Ukraina dan Moskwa memutus pasokan gas ke Eropa.
Namun, perlahan Jerman telah mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara signifikan.
Direktur Agora Energiewende Simon Muller mengatakan, rekor pengembangan energi terbarukan Jerman membawa negara tersebut sejalan dengan targetnya untuk menghasilkan 80 listriknya dari tenaga angin dan surya pada 2030.
Baca juga: Pemerintah Tekan 127.67 Juta Ton Emisi Gas Rumah Kaca Sepanjang 2023
Meskipun ketergantungan terhadap batu bara menurun, Agora Energiewende menyebutkan
sebagian besar pengurangan emisi di Jerman pada 2023 tidak berkelanjutan dari perspektif kebijakan industri atau iklim.
"Penurunan produksi yang terkait dengan krisis melemahkan perekonomian Jerman. Jika emisi kemudian dipindahkan ke luar negeri, maka tidak ada hasil yang dicapai untuk iklim," kata Muller.
Secara keseluruhan, Agora Energiewende memperkirakan hanya 15 persen dari pengurangan emisi pada 2023 yang merupakan penghematan emisi permanen.
Untuk mencapai target iklimnya, Jerman memerlukan rentetan investasi untuk memodernisasi industri dan mengurangi jejak karbon dari konsumsi pemanas.
Baca juga: Kampung di Kaltim Dapat Alokasi Rp 378 Juta dari Program Penurunan Emisi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya