KOMPAS.com - Dua lembaga riset Indonesia dan Jepang menjalin kerja sama pengolahan fraksi limbah pertanian dan energi menjadi bahan bakar nabati (BBN) alias biofuel dan biokimia yang berkelanjutan.
Kerja sama tersebut terjalin antara Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Japan International Cooperation Agency (JICA).
Proyek kerja sama tersebut dinamakan SATREPS dan ditandatangani di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Kamis (25/1/2024).
Baca juga: Warga Bisa Gunakan Limbah PLTU untuk Pupuk hingga Material Bangunan
Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional Bayu Adjie mengatakan, salah satu output proyek adalah memberikan sesuatu menjadi lebih bermanfaat secara ekonomi.
Proyek SATREPS memfokuskan pengembangan ekonomi biosirkular dengan merangkul pendekatan holistik terhadap limbah pertanian dan energi.
Melalui pemanfaatan fraksi limbah tersebut, diharapkan dapat menghasilkan biofuel dan biokimia yang berkelanjutan, mengurangi dampak lingkungan, serta meningkatkan efisiensi sumber daya.
Selain memberikan inovasi dalam pengelolaan limbah, proyek tersebut juga diharapkan menciptakan model ekonomi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Baca juga: Lima Tahun Bank Sampah Unsyiah Aceh, Sulap Limbah Jadi Rupiah
Kesepakatan ini menciptakan landasan kuat untuk kerja sama antara JICA dan BRIN dalam menghadirkan solusi baru untuk tantangan global dalam sektor bioekonomi.
Bayu juga berharap dapat membangun kerja sama dengan Jepang dalam proyek lainnya.
"Kami berdiskusi dengan Direktur Pendanaan Riset tentang Platform Kolaborasi yang akan melibatkan pihak luar baik dalam negeri maupun luar negeri," kata Bayu dikutip dari situs web BRIN.
"Platform Kolaborasi di sini juga harus menghadirkan mahasiswa, peneliti, industri, dan LSM, dan kemudian banyak organisasi, sehingga sangat terbuka untuk berkolaborasi," sambungnya.
Baca juga: Krakatau Blue Water Olah Limbah dari Baja Jadi Air Berkualitas
Chief Representative JICA Indonesia Office Takehiro Yasui mengatakan, sebelumnya JICA sudah bekerja sama dalam proyek pertanian di Indonesia.
Kini, proyek terbaru tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap kemajuan industri baru dengan mengelompokkan teknologi produksi biofuel melalui produksi bioproduk bernilai tambah tinggi dari limbah pertanian.
"Proyek ini diharapkan dapat mendukung kebijakan Indonesia dalam memerangi perubahan iklim melalui pendidikan emisi karbon dengan pendekatan baru yang bekerja sama dengan JICA," ujar Yasui.
Proyek ini, lanjut Yasui, akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di Indonesia.
Baca juga: Setiap Tahun, 250 Juta Ton Limbah Plastik Tidak Tertangani
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya