Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kremasi Air, Pilihan Akhir Hidup yang Ramah Lingkungan

Kompas.com - 18/02/2024, 09:21 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Sumber Euronews

Meningkatnya kepedulian terhadap ekologi dan keberlanjutan selama dekade terakhir, ditambah dengan keinginan untuk menjadi bagian dari alam atau beristirahat di alam, berarti semakin banyak orang yang mempertimbangkan dampak lingkungan dari tubuh mereka setelah mereka meninggal.

Baca juga: TPST Ramah Lingkungan di Cilacap Gunakan Teknologi RDF, Apa Itu?

Profesor Douglas Davies dari Departemen Teologi dan Agama di Universitas Durham mengatakan, sekitar 245 kilogram emisi karbon dihasilkan oleh satu kali kremasi tradisional, setara dengan mengisi daya ponsel cerdas Anda lebih dari 29.000 kali.

Penguburan secara tradisional juga mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan. Bahan kimia yang digunakan dalam proses pembalseman dapat bocor dan mencemari tanah dan saluran air di sekitarnya.

Inggris sendiri bukan satu-satunya negara Eropa yang membuat gebrakan dalam kancah resomasi.

Irlandia akan membuka fasilitas kremasi air pertamanya tahun ini. Layanan ini juga tersedia di AS, Kanada, dan Afrika Selatan.

Belgia dan Belanda termasuk di antara negara-negara Eropa lainnya yang ingin menerapkan resomasi, namun ada kendala peraturan yang harus diatasi terlebih dahulu.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com