Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kremasi Air, Pilihan Akhir Hidup yang Ramah Lingkungan

Kompas.com - 18/02/2024, 09:21 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Sumber Euronews

KOMPAS.com - Tingginya permintaan akan pilihan akhir hidup yang lebih ramah lingkungan, mendorong para penyedia layanan pemakaman menawarkan metode kremasi air atau water cremation.

Kremasi air dianggap lebih ramah lingkungan, dibanding kremasi api tradisional. Tak mengherankan jika opsi ini kini lebih populer.

Sebelum mengulas lebih jauh, mari kita bahas apa yang dimaksud dengan kremasi atau resomasi air.

Kremasi air, juga dikenal sebagai aquamasi, resomasi, dan hidrolisis basa, menggunakan air untuk mengembalikan tubuh ke sisa kerangka.

Baca juga: Semen Gresik Konversi BBM ke CNG, Diklaim Lebih Ramah Lingkungan

Jenazah ditempatkan dalam bejana baja berisi air dan larutan basa. Kemudian dipanaskan sehingga daging kembali ke komponen kimianya; asam amino, peptida, gula dan garam.

Setelah sekitar tiga sampai empat jam, hanya tulangnya yang tersisa. Mereka kemudian digiling menjadi bubuk putih, dimasukkan ke dalam guci dan diberikan kepada keluarga.

Musim panas lalu, penyedia layanan pemakaman terbesar di Inggris, Co-op Funeralcare mulai menawarkan layanan tersebut. Ini menjadikan mereka sebagai perusahaan pertama yang melakukannya.

Kremasi air pun sudah legal di Inggris dengan tunduk pada peraturan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan.

Ini adalah metode yang dipilih oleh pahlawan anti-apartheid Afrika Selatan Desmond TuTu setelah kematiannya pada tahun 2021.

Dia menginginkan pemakaman yang ramah lingkungan dan menurut perusahaan resomasi yang berbasis di Inggris, proses ini mengonsumsi energi lima kali lebih sedikit dibandingkan kremasi api.

Baca juga: 5 Cara Mudah Membentuk Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Kendati demikian, ada hal yang perlu dikritisi, bagaimana dampaknya terhadap lingkungan dari industri pemakaman ini.

Direktur Resomasi Kindly Earth Julian Atkinson mengatakan, selama beberapa dekade hanya ada dua pilihan utama dalam hal pengaturan akhir hidup penguburan dan kremasi.

“[Kami] akan memberi pilihan lain bagaimana mereka meninggalkan dunia karena proses alami ini menggunakan air, bukan api, sehingga lebih lembut bagi tubuh dan ramah lingkungan," ujar Julian, seperti dilansir dari euronews, Minggu (18/2/2024).

Penelitian yang dilakukan oleh YouGov dan Co-op Funeralcare menemukan bahwa 89 persen orang dewasa di Inggris belum pernah mendengar istilah resomasi.

Namun setelah dijelaskan, hanya kurang dari sepertiga (29 persen) mengatakan mereka akan memilih pemakaman mereka sendiri jika tersedia.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Studi: 2024 Jadi Era Transisi Energi Betulan, Emisi Segera Capai Puncak

Studi: 2024 Jadi Era Transisi Energi Betulan, Emisi Segera Capai Puncak

LSM/Figur
Bisakah Negara-negara di Asia Hentikan Penggunaan Batu Bara?

Bisakah Negara-negara di Asia Hentikan Penggunaan Batu Bara?

Pemerintah
Harga PLTS dan PLTB Turun Drastis, ASEAN Harus Ambil Kesempatan

Harga PLTS dan PLTB Turun Drastis, ASEAN Harus Ambil Kesempatan

LSM/Figur
“Social Enterprise” yang Ramah Lingkungan Masih Hadapi Stigma Negatif

“Social Enterprise” yang Ramah Lingkungan Masih Hadapi Stigma Negatif

Swasta
Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Pemerintah
Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

LSM/Figur
Penegakan Hukum dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat jadi Tantangan Kelola Sampah

Penegakan Hukum dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat jadi Tantangan Kelola Sampah

LSM/Figur
Pengajar dan Praktisi Minta Prabowo Revolusi Ketenagakerjaan ke Arah Berkelanjutan

Pengajar dan Praktisi Minta Prabowo Revolusi Ketenagakerjaan ke Arah Berkelanjutan

LSM/Figur
Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Pemerintah
79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

Pemerintah
 Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

Pemerintah
Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

LSM/Figur
Tolak PLTU Captive, Koalisi Sulawesi Tanpa Polusi Minta Prabowo Revisi Perpres 112/2022

Tolak PLTU Captive, Koalisi Sulawesi Tanpa Polusi Minta Prabowo Revisi Perpres 112/2022

LSM/Figur
Google Bakal Manfaatkan Nuklir untuk Pasok Listrik Data Center

Google Bakal Manfaatkan Nuklir untuk Pasok Listrik Data Center

Swasta
Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau