Misalnya, hutan hujan tidak akan ada jika rata-rata curah hujan tahunan turun di bawah 1.000 mm.
Namun, di bawah 1.800 mm per tahun, akan ada transisi mendadak dari hutan hujan ke vegetasi mirip sabana yang kemungkinan bisa saja terjadi.
“Hal ini dapat dipicu oleh kekeringan atau kebakaran hutan, yang semakin sering terjadi dan semakin parah dalam beberapa tahun terakhir," kata para peneliti.
Baca juga: Dampak Perubahan Iklim Dirasakan Indonesia, Kekeringan dan Hujan Ekstrem Meningkat
Mengingat tren pemanasan global saat ini, dan serangan langsung terhadap hutan akibat penebangan dan kebakaran, studi ini menemukan bahwa 10-47 persen hutan Amazon akan terancam oleh meningkatnya gangguan, sehingga mendorong ekosistem yang berharga ini hingga mencapai batasnya.
Studi ini juga menganalisis contoh-contoh hutan yang terganggu di berbagai wilayah Amazon untuk memahami apa yang bisa terjadi pada ekosistem.
Dalam beberapa kasus, hutan mungkin akan pulih di masa depan, namun masih terjebak dalam kondisi terdegradasi, yang didominasi oleh tanaman oportunistik seperti liana atau bambu.
Dalam kasus lain, hutan tidak pulih lagi, dan tetap terjebak dalam kondisi kanopi terbuka dan mudah terbakar.
Baca juga: Kebijakan dan Aksi Iklim Indonesia Dinilai Sama Sekali Tidak Memadai
Perluasan ekosistem terbuka dan mudah terbakar di seluruh inti hutan Amazon sangat memprihatinkan karena dapat menyebarkan kebakaran ke hutan di sekitarnya.
Para ilmuwan menyerukan diakhirinya deforestasi dan emisi gas rumah kaca.
Titik kritis iklim seperti hilangnya Amazon sulit dipahami karena kompleksitas dan besarnya dampaknya. Namun seruan untuk bertindak dari peneliti ini sudah familiar dan jelas.
“Untuk menjaga hutan Amazon dalam batas-batas yang aman, upaya lokal dan global harus digabungkan,” kata Niklas Boers, pemimpin Future Lab 'Artificial Intelligence in the Anthropocene' di PIK dan profesor Pemodelan Sistem Bumi di Universitas Teknik dari Munich.
Menurutnya, deforestasi dan degradasi hutan harus diakhiri dan restorasi harus diperluas.
Selain itu, masih banyak yang perlu dilakukan untuk menghentikan emisi gas rumah kaca di seluruh dunia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya