KOMPAS.com – Nusa Penida, Bali diproyeksikan menjadi pulau berbasis energi terbarukan pada 2030 alias enam tahun dari sekarang.
Menurut analisis Institute for Essential Services Reform (IESR), setidaknya ada tiga alasan yang menjadikan Nusa Penida dipilih sebagai pulau dengan 100 persen energi terbarukan.
Ketiga alasan tersebut adalah ketersediaan potensi energi terbarukan yang melimpah, letak geografis yang terpisah dari Bali daratan, dan potensi ekonomi dari pengembangan pariwisata hijau.
Baca juga: Indonesia Punya Stasiun Pengisian Hidrogen Pertama, Dipasok dari Energi Hijau
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengungkapkan, Nusa Penida memiliki peluang untuk menjadi pulau percontohan berbasis energi terbarukan bahkan memasok kebutuhan energi di Pulau Bali.
Tidak hanya itu, pemanfaatan energi terbarukan akan menjadikan magnet yang menarik lebih banyak pengunjung ke Nusa Penida dan berdampak pada peningkatan ekonomi daerah.
Menurut studi IESR di Nusa Penida, jika pembangkit energi terbarukan ditingkatkan, maka biaya produksi tenaga listrik lebih murah dibandingkan menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).
Untuk diketahui, biaya produksi dari PLTD untuk melistriki Nusa Penida mendapai Rp 4.500 per kilowatt jam (kWh).
Baca juga: Strategi Satgas TEN Dorong Transisi Energi, Ada Penyerapan Karbon
“Dengan 100 persen energi terbarukan, maka biaya produksi listriknya bisa turun 30-40 persen,” papar Fabby dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (22/2/2024).
Fabby mengungkapkan, kajian awal Nusa Penida dengan 100 persen energi terbarukan pada 2030 sedang dilakukan dan akan diluncurkan pada 6 Maret 2024 mendatang.
Hal ini merupakan langkah awal untuk menguji konsep dan melakukan perencanaan sistem ketenagalistrikan.
Untuk mewujudkan Nusa Penida 100 persen dialiri energi terbarukan 2030, diperlukan dukungan dari berbagai, baik pemerintah di tingkat pusat dan daerah, mitra-mitra pembangunan dan non-pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat.
Baca juga: Dukung Industri Padat Energi Bertransisi, Jerman Gelontorkan Miliaran Euro
Berdasarkan analisis IESR dan Center of Excellence Community Based Renewable Energy (CORE) Udayana, potensi energi terbarukan di Nusa Penida mencapai lebih dari 3.219 megawatt (MW).
Potensi tersebut terdiri atas 3.200 MW PLTS ground-mounted, 11 MW PLTS atap, 8 MW biomassa, belum termasuk potensi energi angin, arus laut, dan biodiesel.
Sementara, untuk mengatasi sifat variable renewable energy yang tersedia pada waktu-waktu tertentu dan dipengaruhi kondisi cuaca, Nusa Penida memiliki potensi penyimpanan daya hidro terpompa hingga 22,7 MW.
Selain itu, analisis ini juga memasukkan kebutuhan sistem penyimpanan energi dalam bentuk baterai (BESS).
Baca juga: Dunia Mulai Kurangi Ketergantungan pada Energi Fosil, Kecuali 3 Hal
Hasil pemodelan IESR juga menunjukkan, untuk mencapai 100 persen energi terbarukan di Nusa Penida pada tahun 2030, sumber energi dominan yang menjadi tumpuan adalah PLTS.
Pasalnya, PLTS menjadi teknologi energi terbarukan yang semakin murah dan sumber yang melimpah.
Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR Alvin Putra Sisdwinugraha mengungkapkan, sistem ketenagalistrikan Nusa Penida yang disuplai dari 100 persen energi terbarukan secara teknis memungkinkan.
Selain itu, 100 persen energi terbarukan di Nusa Penida juga mampu mencapai biaya pembangkitan yang lebih rendah dibandingkan dengan memakai PLTD.
Saat ini, peta jalan sedang dalam tahap finalisasi setelah mendapatkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan.
Baca juga: Briket Limbah Kulit Kayu Gelam Bisa Jadi Sumber Energi Alternatif
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya