Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Mulai Kurangi Ketergantungan pada Energi Fosil, Kecuali 3 Hal

Kompas.com - 12/02/2024, 06:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Manusia di berbagai belahan dunia saat ini telah mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, kecuali untuk tiga sektor. 

Dikutip dari The Guardian, Minggu (11/2/2024), menurut studi analisis terkini, ada tiga bidang yang masih belum bisa dihilangkan dalam 30 tahun ke depan. 

Menurut analisis dari Rhodium, tingkat investasi energi bersih yang mencapai rekor tertinggi (tenaga surya dnilai sebagai sumber listrik termurah dalam sejarah oleh Badan Energi Internasional) dan penurunan pembangkit listrik tenaga batu bara menunjukkan semakin sedikit pasokan listrik dunia yang menggunakan bahan bakar fosil, hingga 2050. 

Baca juga: Energi Fosil Jadi Masa Lalu, Saatnya Teknologi Bersih dan Terbarukan

Selain itu, pasar kendaraan listrik yang berkembang akan menurunkan emisi dari mobil, dengan konsumsi minyak global untuk kendaraan jalan raya akan turun sebesar 50 persen selama tiga dekade mendatang.

Namun, meski dengan perubahan dramatis tersebut, emisi masih jauh dari mencapai angka nol pada tahun 2050. 

Alasan utama terjadinya hal ini adalah karena polusi karbon yang membandel dan terus terjadi, dari tiga bidang yaitu penerbangan, pelayaran, dan industri.

Tiga bidang besar pengguna energi fosil 

Saat ini, memang belum ada alternatif yang lebih luas selain bahan bakar jet atau solar, yang berarti penggunaan bahan bakar fosil akan tetap atau bahkan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.

Berbagai proses industri, seperti pembuatan semen dan produksi plastik, juga akan gagal mengurangi bahan bakar padat karbon pada tahun 2050.

“Kami telah membuat banyak kemajuan dalam beberapa tahun terakhir – tenaga angin dan surya benar-benar merupakan contoh keberhasilan dan ada kendaraan listrik,” kata direktur asosiasi di Rhodium, Hannah Pitt. 

Namun, menurutnya, dalam bidang penerbangan dan pelayaran, inovasi yang ada belum sebanyak sektor lain, dan tidak ada alternatif yang jelas serta hemat biaya dibandingkan bahan bakar fosil.

Baca juga:

Dalam grafik, diketahui bahwa penggunaan bahan bakar fosil di beberapa sektor belum berkurang banyak. Bahkan, di penerbangan, permintaan dari 2021 hingga 2050 malah meningkat 77 persen. 

Sedangkan bidang pelayaran dan industri hanya berkurang satu persen. Penggunaan energi fosil yang menurun hanya pada bidang produksi listrik yaitu berkurang 35 persen dan kendaraan 53 persen. 

"Kita juga mempunyai proses-proses industri yang menyumbang sebagian besar emisi dan masing-masing memerlukan alat dan inovasi tersendiri untuk menurunkannya, sehingga emisi tetap tinggi," imbuhnya. 

Ia menjelaskan, secara keseluruhan, penggunaan bahan bakar fosil global kemungkinan akan mendatar atau menurun pada pertengahan abad ini, sebelum mulai meningkat lagi karena meningkatnya permintaan energi di berbagai belahan dunia.

Gas akan menjadi yang terdepan, dengan peningkatan penggunaan yang signifikan bahkan saat minyak dan batu bara mengalami penurunan.

Pitt mengatakan, manusia masih jauh dari melepas ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dalam segala hal. Mulai dari menyalakan lampu di rumah, mengendarai mobil, mengirimkan paket, hingga terbang untuk liburan.

“Keberhasilan energi terbarukan dan kendaraan listrik menunjukkan bahwa hal tersebut dapat dilakukan, namun hal ini memerlukan banyak kebijakan dan inovasi yang berbeda. Belum ada satupun solusi (untuk benar-benar menghentikan energi fosil),” kata Pitt.

Ini adalah pengingat yang baik bahwa perubahan iklim mempengaruhi setiap bagian perekonomian, dan diperlukan solusi untuk setiap bidang tersebut.

"Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan," pungkasnya. 

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau