KOMPAS.com - Dewan Pengarah Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) Yuyun Ismawati mengatakan bahwa puntung rokok adalah barang yang paling banyak dibuang sembarangan secara global.
Ia menyebut ada sekitar 4,5 triliun filter rokok dibuang ke lingkungan setiap tahunnya. Dengan kandungan zat-zat berbahaya, tentu hal ini dapat membahayakan lingkungan.
“Puntung rokok adalah benda paling banyak berserakan di bumi. Selain itu ada berbagai macam zat berbahaya beracun yang terkandung di dalamnya," ujar Yuyun, dalam webinar "Dampak Filter Plastik Puntung Rokok terhadap Kesehatan dan Lingkungan", Selasa (27/2/2024).
Baca juga: Sama Berbahayanya, Vape dan Rokok Picu Kanker Paru
Ia melanjutkan, zat-zat yang terbuang ke dalam air akan mencemari biota-biota, dan dalam jumlah serta volume tertentu dapat membunuh 50 persen populasi yang ada.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari mengatakan rokok tidak hanya berdampak negatif pada kesehatan, tetapi juga berdampak negatif terhadap lingkungan.
"Banyak data, banyak hasil penelitian yang menunjukkan ada dampak negatif (rokok) terhadap lingkungan," kata Lisda.
Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) bersama Lentera Anak dan Nexus3 Foundation pun meminta pemerintah untuk memperhatikan masalah penanganan sampah puntung rokok.
Pasalnya, puntung rokok melepaskan zat kimia berbahaya dan selulosa asetat atau plastik yang membahayakan ekosistem laut.
Berdasarkan laporan WHO, bahan kimia berbahaya yang terlarut dari filter yang dibuang (ermasuk nikotin, arsenik, dan logam berat) bersifat toksik atau racun bagi lingkungan.
Baca juga: Asap Rokok Konvensional dan Elektrik Dianggap Berisiko Bagi Ibu Hamil Lahirkan Bayi Stunting
Setiap batang rokok mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia, dan penelitian menunjukkan bahwa satu filter dapat mencemari hingga 40 liter air.
Lebih dari itu, filter pada puntung rokok membutuhkan waktu sedikitnya 15 tahun untuk terurai. Selama proses ini, ribuan serat mikroplastik terbentuk.
“Dalam kondisi normal, produk yang terdapat kandungan tersebut termasuk produk cacat. Dalam campuran filter itu juga bermacam-macam ditambahkan supaya tidak terbakar dan tidak basah. Racunnya sangat banyak,” tutur Yuyun.
Adapun sampah puntung rokok menyumbang 5-9 persen sampah dan sekitar 4,5 triliun puntung rokok yang dibuang sembarangan setiap tahunnya berakhir ke lautan.
"Terdapat 80 persen sampah puntung rokok yang selama ini belum dikelola, berakhir di laut," katanya.
Sementara itu, Lisda menjelaskan pada 2017, WHO sudah meluncurkan pandangan tentang konsumsi rokok yang berdampak negatif terhadap lingkungan.
Lebih lanjut, dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 2022, WHO juga mengangkat isu dampak konsumsi rokok terhadap lingkungan.
Baca juga: Kemenkes Sebut Rokok Biang Keladi Masalah Multidimensi di Dunia
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) WHO juga telah mengkampanyekan tentang laut bersih karena filter rokok yang mengandung mikroplastik banyak ditemukan di laut.
"Indonesia juga bergabung dalam kampanye ini dengan target mengurangi sekitar 70 persen sampah di laut," kata Lisda.
Ia juga menyebut bahwa saat peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2024, salah satunya menyoroti peran Indonesia dalam perundingan internasional tentang polusi plastik.
Selain kampanye, ada beberapa rekomendasi dari para ahli dan komunitas. Pertama, Extended Producer Responsibility (EPR) atau Tanggung Jawab Produsen harus diterapkan, sehingga puntung rokok bisa diambil dan dibawa ke tempat pemrosesan sampah dengan biaya produsen itu sendiri, tidak dibebankan ke pemerintah kota maupun nasional.
Lalu, pengembangan roadmap penanganan puntung rokok, karena ini merupakan salah satu dari Top 10 limbah yang selalu akan ada di Indonesia.
Kemudian, perlu melakukan penelitian yang lebih masif tentang bahaya puntung rokok dan proses daur ulang yang aman, .eninjau lagi kebijakan tax holiday di Indonesia untuk industri pencemar, hingga mendukung negosiasi perjanjian plastik dalam Global Plastic Treaty.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya