JAKARTA, KOMPAS.com - PT PLN (Persero) mengungkapkan, revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 telah sesuai dengan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan, diskusi mengenai pembahasan revisi RUPTL telah selaras dengan RUKN yang disusun oleh Kementerian ESDM. Hal ini dibuktikan dengan kesamaan angka yang disusun.
“Kali ini, RUKN dengan RUPTL hari ini akur,” ujar Darmawan dalam acara Road to PLN Investment Days 2024 yang digelar di Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Baca juga: Panas Bumi dan Bioenergi Potensial Jadi Beban Listrik Utama
Dalam revisi tersebut, PLN berencana menambah porsi pembangkit Energi Baru dan Terbarukan sebesar 75 persen.
Ia menjelaskan, hingga 2040 mendatang setidaknya akan ada penambahan kapasitas pembangkit listrik hingga 80 Giga Watt (GW).
Dengan rincian yaitu 75 persen dari pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT), dan 25 persen berasal dari pembangkit berbasis gas.
"Sampai tahun 2040, penambahan kapasitas pembangkit totalnya sekitar 80 GW. 75 persennya berbasis pada energi baru terbarukan, 25 persennya adalah berbasis pada gas," tutur Darmawan.
Adapun sumber listrik beban dasar (based load) yang digunakan adalah berasal dari tiga energi yaitu gas, hydro (air), dan geothermal (panas bumi).
"Perpres tentang EBT dua tahun lalu, sudah melarang untuk masuk RUPTL yaitu perancangan dari pembangkit listrik berbasis pada batu bara. Jadi based load-nya ada tiga, gas, hydro, dan juga geothermal,” imbuh dia.
Darmawan mengatakan, peningkatan porsi pembangkit EBT sebesar 75 persen bukan tanpa alasan.
Hal tersebut menurutnya merupakan upaya perusahaan dalam membantu pemerintah menurunkan emisi karbon, khususnya dalam sektor pembangkit.
Baca juga: Kemenko Marves Sebut 4 Hal Penting Transisi Energi, Ada Elektrifikasi
Dengan harapan, listrik yang digunakan tetap memiliki harga yang terjangkau (affordable), sistemnya tetap terpecaya, dan berkelanjutan secara lingkungan.
Lebih lanjut, ia mengakui bahwa komitmen menjalankan transisi energi telah didiskusikan sejak sekitar tiga tahun yang lalu.
Awalnya bermula saat perusahaan menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dengan menghapus rencana pembangunan proyek PLTU batu bara berkapasitas 13 GW.
Pembatalan proyek PLTU batu bara dengan kapasitas total 13 GW tersebut termasuk upaya perusahaan dalam menuju ke penggunaan energi bersih.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya