Sejauh ini, kategori teknologi pengolahan batu bara PLTU dibagi menjadi kelas yakni subkritikal, super kritikal, dan ultra kritikal.
Ia menyampaikan, pembangkit baru dan yang masih berjalan saat ini sudah menggunakan teknologi superkritikal. Dengan demikian, PLN dapat menekan emisi sekitar 20,8 juta ton CO2.
“Jadi kami masih diizinkan untuk PLTU yang ada, sudah ada di RUPTL, tetapi tidak boleh membangun yang baru. Itu pembangkit-pembangkit yang baru sudah ultra dan super kritikal,” terang Evy.
Selain itu, PLN juga memanfaatkan gas buang dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) untuk menghasilkan listrik tambahan.
Cara ini dikatakan dapat menurunkan emisi karbon hingga 7,7 juta ton.
Strategi terakhir, PLN juga sudah menambahkan pembangkit listrik hingga 4 Gigawatt (GW) kapasitas energi baru terbarukan (EBT) dari tahun 2011 hingga 2023.
Dari penggunaan EBT tersebut, PLN dapat menurunkan emisi sebesar 20,1 juta ton karbon.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya