Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekosistem Kelola 35.000 Ton Sampah Sepanjang 2023, Naik 84 Persen

Kompas.com - 08/03/2024, 08:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

"Angka ini mengalami peningkatan yang cukup masif bila dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 215,41 persen," ungkap Ernest.

Fasilitas pemulihan sampah

Usai dari waste station, sampah-sampah tersebut akan dikumpulkan ke Reko Hub.

Reko Hub merupakan fasilitas pemulihan materi yang saat ini berjumlah 14, dan telah tersebar di sekitar kota-kota besar di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.

Di Reko Hub, sampah yang dikumpulkan akan dipilah, diolah, dan disalurkan ke industri daur ulang atau tempat pemrosesan sampah yang bertanggung jawab.

Baca juga: Hampir Rp 500 Juta, BRI Investasi Pengolahan Sampah Bening Saguling

Selain mendaur ulang bahan-bahan sampah seperti botol plastik, kata Ernest, Rekosistem juga memanfaatkan sampah yang sulit didaur ulang untuk menjadi material alternatif, bahkan energi terbarukan.

"Hal ini dilaksanakan oleh Rekosistem dengan menjalin kerjasama dengan PLN yang berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif dalam upaya transisi energi untuk mengurangi emisi karbon melalui pemanfaatan sampah organik dan sampah kota sebagai sumber energi," paparnya.

Rekosistem sebagai tata kelola sampah

Ernest menjelaskan, dalam mengukur dampak lingkungan dari operasional suatu perusahaan, digunakan berbagai metrik dan indikator yang mencakup berbagai aspek.

"Rekosistem menggunakan metrik yang biasanya disebut triple bottom line, yaitu Planet, People, dan Profit," ujarnya.

Ia merincikan, tujuan utama dari triple bottom line adalah menciptakan keseimbangan antara keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Ia mengungkap, Rekosistem masih berfokus sebagai solusi pengelolaan sampah di kawasan pemukiman dan kolaborasi dengan pemerintah atau perusahaan swasta di area pulau Jawa.

Namun, sebagai tanggapan terhadap permintaan yang terus berkembang, pada tahun 2024 Rekosistem berencana untuk memperluas layanan.

Baca juga: Hampir Rp 500 Juta, BRI Investasi Pengolahan Sampah Bening Saguling

Serta meningkatkan daerah cakupan untuk meningkatkan efisiensi, keberlanjutan, dan dampak lingkungan.

"Harapannya agar lebih banyak individu, bisnis, pemerintah, dan organisasi sadar akan pentingnya perencanaan dan penerapan tata kelola manajemen sampah di seluruh lini yang lebih ideal melalui pendekatan ekonomi sirkular dan waste-to-energy," papar Ernest.

Selain itu, tambahnya, Rekosistem akan terus meningkatkan teknologi pengelolaan sampah dengan menggunakan sistem pengelolaan sampah terintegrasi yaitu penerapan Internet of Things (IoT) dan Machine Learning (ML).

Hal itu demi menyederhanakan dan meningkatkan efisiensi pengumpulan sampah, untuk dapat bisa membangun kapasitas pengelolaan sampah hingga 20.000 Ton per bulan di 2025.

“Kesadaran masing-masing individu bersama dengan pelaku bisnis dan pemerintah tentunya dapat mendorong pertumbuhan sektor ESG yang lebih eksponensial demi menciptakan cita-cita bersama yaitu demi masa depan yang hijau, masa depan yang hijau, bebas polusi, dan sehat," tutup Ernest.

Adapun higga saat ini, Rekosistem telah melayani lebih dari 150 perusahaan dan telah memiliki jumlah karyawan tetap, mitra pekerja, maupun mitra bisnis lebih dari 600 orang.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com