Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/03/2024, 11:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) memastikan berkomitmen dalam mewujudkan konstruksi berkelanjutan (sustainable construction), sebagai upaya menerapkan prinsip Environment, Social, dan Governance (ESG).

Direktur Human Capital dan Manajemen WIKA Hadjar Seti Adji mengatakan, saat ini indeks ESG suatu perusahaan semakin menjadi hal yang diprioritaskan. 

"Berdasarkan hasil perhitungan sustainalytics.com, WIKA mendapatkan skor ESG Risk Rating 29,8 (medium) atau yang terbaik di industrinya. Semakin rendah risiko, semakin bagus. Perusahaan semakin sustain (berkelanjutan)," ujar Hadjar saat ditemui di Bogor, Jumat (8/3/2024). 

Ia menjelaskan, pentingnya perhitungan skor ESG karena menjadi salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan dalam mengelola bidang lingkungan, sosial, dan tata kelola.

Baca juga: Komitmen WIKA Terapkan ESG, Punya Hutan Konservasi

Hal tersebut, menurut Hadjar, kini semakin menjadi hal yang dipertimbangkan dalam pengembangan bisnis, kerjasama, hingga kepercayaan investor dan publik untuk bekerja dengan suatu perusahaan. 

"Misalnya, investor dari luar akan pilih perusahaan yang memiliki ESG score yang bagus. Ini menjadi blue ocean market yang tidak ada kompetitornya," tutur dia. 

Sebagai informasi, Blue Ocean Market adalah istilah untuk sebuah pasar baru dan belum terjamah yang memiliki potensi besar bagi perusahaan untuk meraih pertumbuhan dan keuntungan. 

Komitmen WIKA dalam konstruksi berkelanjutan

Lebih lanjut, Hadjar menyebut WIKA berkomitmen menerapkan kebijakan keberlanjutan dan menciptakan nilai jangka panjang melalui praktik berkelanjutan dalam seluruh bisnis, serta mengintegrasikan strategi dan aktivitas ke dalam tanggung jawab ESG.

"WIKA menyadari bahwa untuk dapat menciptakan bisnis secara berkelanjutan patut bertumpu pada penerapan ESG," ujarnya. 

Bahkan, sebelum prinsip ESG diprioritaskan secara global, pihaknya telah lebih dulu menyadari arti penting dari konstruksi berkelanjutan dan hijau. Sehingga, berbagai upaya terus dilakukan untuk menerapkan pembangunan ramah lingkungan. 

"Di sisi lain, diminta dan tidak diminta itu, kami sudah punya kesadaran sendiri. Kami sudah masuk di bisnis beton ramah lingkungan dengan energi minimal, solar panel, dan lain-lain," tutur Hadjar. 

Sebagai komitmen perusahaan terhadap Energi Terbarukan, WIKA juga telah melaksanakan berbagai proyek energi terbarukan dalam beberapa tahun terakhir, dilansir dari Antara.

Wikasatrian, situs pendidikan pelatihan kepemimpinan sekaligus hutan konservasi dari PT Wijaya Karya (WIKA) di Kabupaten Bogor.KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Wikasatrian, situs pendidikan pelatihan kepemimpinan sekaligus hutan konservasi dari PT Wijaya Karya (WIKA) di Kabupaten Bogor.

Di antaranya PLTP Lumut Balai 1 & 2 yang memiliki kapasitas 110 MW, PLTS ITN Malang berkapasitas 1,5 MWp, PLTS Rooftop dan Cold Storage Solar Rooftop berkapasitas 5,6 MWp, serta konversi mesin nelayan dari diesel ke LPG.

"Kami punya WIKA beton, yang sudah riset bagaimana menghasilkan itu (produk ramah lingkungan). Jadi termasuk kami mengadakan sesuatu yang sifatnya (konstruksi) modular, yang ujung-ujungnya green construction," terang dia. 

Atas komitmen dan aksi nyata dalam prinsip ESG, WIKA meraih apresiasi dan penghargaan dari berbagai lembaga kredibel di bidang lingkungan, sosial, maupun Tata Kelola Perusahaan (GCG) pada akhir tahun 2023 lalu.

Baca juga:

Di samping bertujuan ramah lingkungan, Hadjar menegaskan bahwa konstruksi berkelanjutan juga menguntungkan perusahaan dari segi cost efficiency (efisiensi biaya) dan operasional jangka panjang, meski ada biaya lebih besar di awal. 

"Jadi sekarang mindset-nya harus dibalik. Bahwasanya kalau perusahaan melakukan green construction itu sebenarnya kita mendorong cost efficiency dan kompetisi," ujarnya. 

Pusat pelatihan Wikasatrian

Ia melanjutkan, WIKA telah menerapkan prinsip-prinsip ESG, salah satunya pada pusat kepemimpinan berbasis kearifan lokal bernama Wikasatrian, yang berlokasi di antara tiga gunung, yaitu Gunung Salak, Gunung Pangrango, dan Gunung Geulis.

Pelestarian hayati di kawasan yang semula hanya didasarkan pada niat baik dan kepedulian terhadap alam, kata Hadjar, justru kemudian menjadi suatu nilai tambah.

"WIKA telah menjadikan Wikasatrian sebagai representasi implementasi nilai ESG di perusahaan sehingga target menjadi pioneer sekaligus terdepan dalam penerapan ESG di sektor konstruksi dapat diwujudkan," tuturnya. 

Saat ini, hutan seluas 14 hektar yang dikelola oleh Wikasatrian telah menjadi rumah bagi 703 jenis flora dan fauna, termasuk 26 spesies flora endemik Jawa Barat yang dibiarkan tumbuh dan berkembang secara alami.

Dengan keanekaragaman hayati tersebut, Wikasatrian berpotensi dalam mengurangi emisi karbon sebesar hingga 800 ton CO2 per tahun.

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau