KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkolaborasi dengan PT TUV Rheinland Indonesia (TRID) untuk melakukan riset terkait standar keberlanjutan dan sistem pelaporan penilaian keberlanjutan industri dan produk.
Kolaborasi keduanya merupakan upaya mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam bidang Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (Low Carbon Development Initiative).
Kepala Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PR SPBPDH) BRIN Nugroho Adi Sasongko mengatakan, upaya mencapai SDGs khususnya dalam pengurangan emisi karbon telah menjadi target semua negara di dunia, termasuk Indonesia.
Baca juga: BlueScope dan UMN Bersinergi Pangkas Emisi Melalui Konstruksi Hijau
Pemerintah Indonesia telah menetapkan 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional pada 2030.
"Selain itu, mitigasi dan aksi pengurangan gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh aktivitas perorangan, perusahaan, atau negara diharapkan terpenuhi melalui komitmen nasional dalam Enhanced National Determined Contribution (ENDC) juga di tahun 2030," ujar Nugroho, dalam pernyataan tertulis, dikutip Senin (18/3/2024).
Guna mencapai target yang ditetapkan, lanjut Nugroho, pemerintah telah mengeluarkan regulasi terkait dengan Gas Rumah Kaca (GRK) untuk memenuhi target net zero emission maksimal pada tahun 2060.
Adapun kolaborasi kali ini diwujudkan dengan penandatanganan naskah kerja sama yang dilakukan BRIN dan PT TRID di Gedung BJ. Habibie, Jakarta, Jumat (15/3/2024).
Nugroho menjelaskan, dalam pemenuhan target-target tersebut, terdapat banyak norma, standarisasi, dan aturan teknis, terkait industri dan produk yang ramah lingkungan diwajibkan terpenuhi oleh Komunitas Internasional.
"Diperlukan riset dan pengembangan standarisasi industri serta produk, untuk meningkatkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan," jelasnya.
Baca juga: Perusahaan Budidaya Unggas Gunakan PLTS, Tekan 1.000 Ton Emisi Karbon
Dalam hal ini, riset dan pengembangan sistem produksi berkelanjutan dan penilaian daur hidup menjadi rancangan strategi yang penting untuk mendukung hal-hal tersebut.
Menurut Nugroho, BRIN merupakan pusat riset yang memiliki bidang kepakaran terkait sistem produksi berkelanjutan dan penilaian daur hidup dan secara spesifik mengenai Norm, Standards, serta Technical Regulations dalam Pengukuran, Verifikasi, Sistem Pelaporan serta Penilaian Keberlanjutan Industri Serta Produk dalam Industri dan Perdagangan Global.
Sedangkan PT TRID merupakan lembaga swasta di bidang jasa layanan sertifikasi, inspeksi, pengujian serta pelatihan, dan merupakan bagian dari TUV Rheinland Group.
"Saat ini perusahaan sedang berkonsentrasi dalam topik upaya untuk mereduksi GRK di Indonesia dan mendorong strategi kepada berbagai perusahaan terkait dengan sustainability," ujar Nugroho.
Baca juga: Menengok Emisi UKM dari Sejumlah Negara, Kecil-kecil tapi Banyak
Sementara itu, Presiden Direktur TRID I Nyoman Susila menyebut kerja sama ini merupakan bentuk kolaborasi dua institusi yang saling membutuhkan.
"Kerja sama ini bisa menjadi momentum untuk kolaborasi antara dua institusi yang saling membutuhkan, dan kami merasa bangga bisa bekerja sama dengan BRIN," kata I Nyoman.
Kerja sama ini diharapkan bisa menghasilkan dokumen riset terkait standar keberlanjutan dan sistem pelaporan mengenai penilaian keberlanjutan industri dan produk. Sehingga nantinya dapat dimanfaatkan oleh industri di Indonesia serta global.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya