BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Home Credit

Terapkan "Green Ramadhan", Ini Kiat Kurangi Sampah Berburu Takjil

Kompas.com - 18/03/2024, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Umat muslim di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia, bersuka cita menyambut bulan suci Ramadhan dan berpuasa.

Bulan Ramadhan menjadi momentum yang selalu dinanti-nanti untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Selain menjadi waktu yang tepat meningkatkan amal ibadah, bulan Ramadhan juga bisa menjadi momen yang pas untuk pemuliaan Bumi dan kelestarian alam.

Dilansir dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk memaksimalkan perbuatan baik tidak hanya kepada Sang Pencipta, tetapi juga kepada sesama manusia dan semesta.

Perbuatan baik kepada semesta dapat berupa berbagai aktivitas yang ramah lingkungan.

Beribadah puasa sekaligus melestarikan alam selama Bulan Suci dibalut dalam seruan global bernama green Ramadhan atau Ramadhan hijau.

Baca juga: HUT ke-63, HK Guyur Rp 500 Juta untuk Pendidikan, Pengelolaan Sampah, dan UMKM

Apa itu green Ramadhan?

Green Ramadhan adalah kampanye yang bertujuan untuk mengajak umat muslim untuk ikut serta dalam pemuliaan Bumi dan kelestarian alam dengan cara mengurangi sampah dan menggunakan sumber daya secara bertanggung jawab.

Saat Ramadhan, konsumsi masyarakat cenderung mengalami peningkatan. Melonjaknya konsumsi tersebut bila tidak dibarengi tanggung jawab dapat menyebabkan kenaikan sampah.

Menurut situs web Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), timbulan sampah selama Ramadhan biasanya naik sekitar 20 persen.

Kenaikan sampah tersebut berasal dari sisa makanan dan sampah kemasan. Naiknya timbulan sampah akan berdampak buruk terhadap lingkungan.

Oleh karena itu, penerapan green Ramadhan menjadi penting karena kita juga perlu bertanggung jawab atas efek samping dari meningkatnya konsumsi selama Bulan Suci.

Praktik baik dalam green Ramadhan juga diharapkan tak hanya berlangsung selama Bulan Suci saja, melainkan dipertahankan sepanjang tahun atau bahkan ditingkatkan.

Baca juga: Rekosistem Kelola 35.000 Ton Sampah Sepanjang 2023, Naik 84 Persen

Kiat kurangi sampah

Pedagang melayani pembeli menu untuk berbuka puasa (takjil) di Pasar Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu (13/3/2024). Pasar yang ada pada bulan suci Ramadhan ini menjadi pusat berburu beraneka ragam jajanan dan masakan untuk menu berbuka puasa.KOMPAS.com/FREDERIKUS TUTO KE SOROMAKING Pedagang melayani pembeli menu untuk berbuka puasa (takjil) di Pasar Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu (13/3/2024). Pasar yang ada pada bulan suci Ramadhan ini menjadi pusat berburu beraneka ragam jajanan dan masakan untuk menu berbuka puasa.

Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk menerapkan green Ramadhan, salah satunya saat berburu takjil untuk berbuka puasa.

Ada beberapa contoh yang bisa kita terapkan untuk mengurangi sampah saat berburu takjil. Berikut contohnya:

Membeli makanan sesuai kebutuhan

Tentukan kudapan yang ingin dibeli sesuai kebutuhan dan hindari "lapar mata". Saat berbuka puasa, kita perlu bertanggung jawab untuk menghabiskan makanan yang dibeli.

Apabila kita membeli terlalu banyak makanan untuk takjil, potensi makanan yang terbuang juga semakin tinggi. Dengan strategi ini, kita berpotensi menekan sampah sisa-sisa makanan. 

Membawa tas belanja

Saat berburu takjil, kita bisa membawa tas belanja sendiri untuk menampung makanan yang dibeli.

Dengan membawa tas belanja, kita tidak perlu menerima kantong plastik yang disediakan oleh penjual sehingga dapat menekan sampah plastik.

Baca juga: Inovasi dari Sampah, Sulap Botol Yakult Jadi Material Mirip Marmer

Mengurangi wadah minuman sekali pakai

Salah satu cara mengurangi wadah minuman plastik sekali pakai adalah membawa wadah minum sendiri.

Ketika membeli minuman untuk berbuka, kita bisa memakai wadah yang kita bawa sehingga mencegah timbulnya sampah dari wadah sekali pakai.

Bawa wadah makanan sendiri

Dengan membawa wadah makanan sendiri, kita berpotensi menghindari penggunaan wadah styrofoam yang disediakan oleh penjual takjil.

Untuk diketahui, styrofoam merupakan salah satu sampah yang tidak bisa terurai di lingkungan.

Menghindari styrofoam berarti turut membantu menjaga lingkungan tetap bersih dan tidak tercemar.

Baca juga: Sampah Global Diprediksi Melonjak 2050, Bahaya Besar Mengintai

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau